Bagian 35. 'Kisah Tengah Malam Dari Sang Putri'

35 5 0
                                    

Sore itu si kembar baru saja menyelesaikan kunjungannya di benteng ke empat dan mengecek pembersihan medan perang.

 Sebenarnya itu hanya alasan saja, keduanya hanya penasaran karena katanya es di ujung lembah putih banyak mencair jadi mereka ingin melihatnya sendiri kemudian bermain-main disana bersama Blue dan Whisky juga.

Theodore yang mengawal mereka sedari pagi tentu sudah tahu maksud keduanya untuk datang, seharusnya ia sendiri yang mengecek ke benteng keempat. 

Dan seharusnya pengecekannya akan selesai saat tengah hari sehingga ia setidaknya dapat sampai di kastil sebelum matahari terbenam, namun karena tadi si kembar tak kunjung kembali dari lembah putih mereka baru bisa kembali ke kastil sore hari.

"Katakan padaku Sir Nevaeh, seharusnya tak apa kan jika kita kembali besok pagi dan menginap di benteng ?" Ayden bertanya setengah memprotes karena tadi Theodore memaksa si kembar untuk kembali pulang bersamanya. 

"Kemungkinan besok pagi Tuan Putri Earlene akan sampai di kastil, jadi Nona dan Tuan muda sudah harus berada di kastil setidaknya malam ini untuk menyiapkan sambutan,

"Lagipula Saya tidak yakin Anda berdua akan menetap di dalam benteng dan tidak berkeliaran keluar jika Saya membiarkan Anda berdua tinggal" ucap Theodore panjang lebar. 

Ayden mendengus kesal sementara Ayrece melirik Ayden dengan mengucapkan 'Kan aku sudah bilang dia akan tahu'.

"Apa kau yakin mereka akan tiba besok ? kupikir akan lebih lama" ucap Ayrece seraya menatap malas kedepan. 

Theodore menatap Ayrece terdiam, itu adalah perkiraan Althare kalau para rombongan dari Istana akan sampai di kastil setidaknya besok pagi, ia sendiripun tidak yakin mereka akan tiba secepat itu.

Theodore menoleh menatap kearah hutan musim dingin yang terhampar luas di sisi kiri mereka, ia merasakan sesuatu. 

"Mereka sudah memasuki wilayah utara sekarang" ucap Theodore membuat si kembar mengernyit menatapnya.

"Saya bisa melihat energi orang-orang yang memasuki duchy, lebih sedikit dari perkiraan, delapan orang termasuk Tuan Putri Earlene" ucap Theodore masih menatap kearah hutan.

 "Itu sangat cepat" ucap Ayden santai.

Sementara Ayrece masih menatap Theodore heran, pintu masuk duchy berada di sebelah barat hutan musim dingin, dan itu berkilo-kilo meter jauhnya dari tempat mereka berhenti saat ini.

Belum lagi rimbunnya pohon yang menutupi, dengan posisi sejauh itu bagaimana Theodore bisa melihat energi dengan cukup spesifik ? Dan ia melihat energinya bukannya merasakannya.

"Jadi tujuh orang yang lain adalah pengawal Kesatria ?" tanya Ayrece, yang ia tahu saat bepergian sejauh itu anggota keluarga Kerajaan harus dikawal setidaknya sepuluh orang Kesatria tinggi, dan ini bahkan tidak sampai sepuluh. 

"Tidak, satu orang lain memiliki energi lemah" ucap Theodore.

"Oke mungkin itu seorang dayang, jadi enam Kesatria ?" ucap Ayrece lagi mengira-ngira. 

"Empat Kesatria" Theodore menjawab membuat si kembar saling tatap bertanya-tanya siapa dua orang yang lain. 

"Dua yang lain adalah penyihir" ucap Theodore.

Ayden mengangkat alis, ia sama sekali tidak memperkirakan hal itu. 

"Siapa ?" tanya Ayden, jika itu orang yang diperintah Ibu Suri untuk ikut bersama Earlene mungkin saja itu adalah Carmine dan Laguna.

"Seorang penyihir pria, energinya kebiruan, itu Tuan penyihir Ceruleon" ucap Theodor, Ayrece masih ternganga disampingnya.

Sedari tadi Ayrece hanya ternganga karena heran sembari bergumam "Itu gila" dengan cukup keras. 

Eternal WinterOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz