26. More Beautiful Than a Dream

6.8K 246 10
                                    

Beberapa orang mengatakan tidak ada yang lebih indah daripada bermimpi. Tetapi untuk yang ku rasakan saat ini adalah lebih indah dari sekedar bermimpi. Hari bahagia yang aku dan Vano tunggu-tunggu akhirnya tiba, mulai detik ini aku resmi dan sah menjadi pasangan hidupnya baik dimata agama maupun negara. Siang tadi usai melaksanakan sholat jum'at, Vano mengucapkan janji suci pernikahan kami didepan penghulu, Papaku dan beberapa saksi.

Ini persis bagai cerita-cerita fairytale lainnya, tak pernah ku sangka aku akan menikah di usia muda. Ada sebagian tamu mengatakan pernikahan kami terjadi karena insiden hamil diluar nikah, ada lagi yang mencibir karena perjodohan untuk jabatan orang tua. Aku hanya tertawa kecil menanggapi semua berita miring itu, karena kenyataannya bukan seperti yang diberitakan. Kami saling mencintai, itu dasar pertama terjadinya pernikahan ini.

Diselenggarakan di sebuah ballroom hotel, hingga sampai acara resepsi semua mengusung tema Adat Istiadat. Aku dan Vano pun mengenakan pakaian pengantin adat Jawa Paes Ageng. Tangan Vano tak jua melepaskan rangkulannya dari pinggangku. Membuatku tersipu malu kadang kala ia selalu berbisik untuk mempersiapkan malam pertama kami.

Para tamu bergantian menaiki panggung pelaminan untuk memberi ucapan selamat yang disambut dengan hangat oleh keluarga kami. Kebanyakan tamu yang berdatangan sebagian besar dari kalangan bisnis Papa dan Ayah Mertuaku, teman-teman Oma dan Amanda, juga para fans Starlight.

"Weh asik, jadi nikah lo? Hah? Hahaha." Mario dan Istrinya memberi ucapan selamat sambil bersalaman, terlebih kini ia sedang meledek Vano.

Vano tertawa. "Jadilah, asem lo! Lo kira lo doang yang bisa nikah." Balasnya sambil meninju pelan perut Mario.

"Mana si kembar?" Tanyaku menghentikan aksi saling ledek mereka.

"Itu sama Kakek Neneknya. Biasa mainan baru." Ucap Venna membalas pertanyaanku yang ku respon dengan senyuman sambil sesekali melirik ke arah Tante Sofia dan Om Ray yang sedang bermain dengan cucunya di dalam stroller tandem. Cepat sekali kedua orang tua itu beradaptasi dengan makhluk mungil yang tadinya membuat beban keluarga.

"Narra." Aku terperangah ketika tangan Venna menyentuh bahuku. Wanita itu mengeluarkan suatu amplop dari dalam tasnya. "Mama lo kirim ini buat lo. Gue gak tau apa isinya dan gue pikir tadinya ini buat gue, karena dikirim ke alamat rumah Bunda." Jemari tanganku bergetar menerima amplop putih itu. Mama ingat padaku? Mulai menulis sebuah surat? Apa artinya Mama akan sembuh?

"Thank you." Balasku dengan perasaan bahagia. Venna tersenyum, ia mencondongkan tubuhnya kemudian mencium pipiku.

"Gue minta maaf soal..."

"Itu udah beberapa bulan yang lalu. Kita ambil hikmahnya aja ya. Sekarang yang paling penting, kita tau bahwa sebuah masalah gak akan selesai kalau gak ada yang mau mengalah. Tanpa ada kata maaf, gue gak akan pernah marah sama lo, Ven."

Venna mengangguk. "Semoga lo cepat nyusul gue." Aku tersenyum geli mendengar penuturan Ibu muda ini.

"Dan semoga si kembar cepat punya adik." Lalu kemudian kami tertawa.

Sepeninggal Venna dan Mario yang telah turun dari panggung pelaminan, kini pasangan yang beberapa saat lalu resmi bertunangan datang memberi ucapan selamat. Annisa terlihat sangat bahagia begitu juga Stevent. Tangan kokoh pemuda bule itu tak henti-hentinya menjadi sandaran Annisa untuk bergelayut manja.

"Selamat menempuh hidup baru, semoga lo selalu bahagia." Kepalaku mengangguk menanggapi ucapan Annisa. Ku lihat ke samping, Stevent dan Vano asik mengobrol. Membangun dunia mereka sendiri.

"Heni mana?" Aku mengedarkan pandangan mencari sosoknya. Sedari acara berlangsung gadis itu tak kelihatan. Aku ingat terakhir kali bertemu dengannya saat Venna melahirkan. Wajahnya muram dan terlihat tak bersemangat, itu untuk yang terakhir kali bertemu sampai saat ini belum pernah kami bertemu baik sengaja ataupun tidak disengaja.

"Dia gak bisa datang, tapi katanya nitip kado ke Oma." Ah, separuh kebahagiaanku hilang mengingat sahabatku yang satu itu tidak datang. Ditambah sosok Rendy yang juga tidak terlihat, apa aku tidak sebegitu pentingnyakah untuk mereka?

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now