17. Almost

7.6K 297 3
                                    

Aku membuka selimut tebal yang menutupi tubuhku ini dengan kasarnya. Ya Tuhan, jam 10:00 pagi aku baru bangun. Biasanya saat tidur malam jam berapapun aku akan tetap bangun pada pagi hari. Terkecuali untuk hari ini.. Ah, menyebalkan! Hari ini pun aku batal mengikuti tes untuk jurusan yang ku ambil di salah satu Universitas tempat ku mendaftar dengan alasan kesiangan. Hari ini hari sial bagiku.

"Oma.. Aku batal ikut tes!" Protesku sebal pada Oma yang sedang mengoleskan selai strawberry di atas roti tawar tanpa kulitnya itu.

Oma memandang ke arah ku dengan tatapan polos bak anak kecil saja. Aku pun hanya memasang wajah kusut yang cemberut melihat Oma memandangku seperti itu.

"Oma pikir kamu masih libur." Kata Oma santai. Aku lantas mendengus kesal. Ah, Oma payah, tak seperti biasanya Oma lupa membangunkanku meski aku libur ataupun sekolah.

"Narra kelelahan, Oma, makanya Narra bangun kesiangan." Aku masih terus memprotes kesalahan yang ku buat sendiri ini sambil meminum segelas susu putih yang memang di sediakan khusus untukku.

"Makanya kamu kalau pacaran, jangan pulang malam-malam dong." Uhuk! Aku terbatuk-batuk saat Oma mengucapkan kata, PACARAN?

"Tuh, minum susu saja sampai gak fokus begitu." Oma terus saja meledekku. Protesku sebal dalam hati.

"Narra gak pacaran tau, Oma." Kataku sambil meneguk segelas air putih.

"Hoiyak, Oma lupa, kamu kan habis di lamar ya." Lagi-lagi Oma kembali meledek.

Huh, aku buru-buru meneguk air putih dalam tenggorokanku secara paksa. Memang benar ya, kalau gosip itu cepat sekali tersebar.

"Hebat ya kamu, mulai ambil hubungan yang gak mainstream. Langsung di lamar begitu. Pasti ada apa-apanya ya." Aku tertawa kecil mendengar penuturan Oma. Ada apa-apanya bagaimana? Memang aku dan Vano pernah melakukan apa?

"Masih pagi, Oma, gak baik ngeledekin cucunya gitu." Oma meletakkan piring kecil berisi roti berselai strawberry tanpa kulit di depanku. Um, kesukaanku.

"Ya biar saja, abis Oma greget melihat hubungan kamu sama Vano." Aku hanya menggelengkan pelan kepalaku sambil memakan roti buatan Oma secara perlahan. Mengunyahnya dengan lembut. Tak lucu rasanya jika aku harus tersedak sepotong roti macam ini.

Baru satu suapan roti itu masuk ke dalam mulutku. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Siapa yang bertamu ke rumahku di jam 10:00 pagi seperti ini?

"Biar Oma saja yang buka pintunya." Kata Oma berinisiatif.

"Jangan, jangan, Narra saja yang buka pintunya." Aku meletakkan rotiku diatas piring dan langsung bergegas menuju pintu utama meninggalkan meja makan yang sedang menjadi tempatku curhat dengan Oma.

Aku membuka dua dari salah satu pintu coklat di rumahku ini. Pintu utama lebih tepatnya. Saat ku lihat ke luar rumah, tak ada tamu. Lantas siapa yang menekan bel tadi?

Aku berniat kembali memasuki rumah sesaat sebelum kakiku menginjak sebucket bunga mawar merah tergeletak dengan santainya di depan pintu rumahku. Hmmm, siapa yang mengirimnya?

Aku mengambil bucket mawar merah tersebut. Berkali-kali ku ciumi bunga itu, masih wangi, jadi ini baru di kirim? Tak ada kartu ucapan yang ku terima. Membuat penasaran saja.

Beberapa saat setelah aku menerima bucket bunga mawar merah ini, lagi-lagi seseorang mengejutkanku. Ya, Vano. Mobil porsche abu-abu milik Vano baru saja terparkir dengan manisnya di halaman rumahku.

Si pemilik mobil pun keluar dengan menggunakan sweater hitam. Vano berjalan ke arah ku sambil memainkan kunci mobilnya. Seperti di lempar-lempar ke atas.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now