19. Remember

6.2K 261 24
                                    

Aku ingin selalu hidup dalam dekapanmu..

Aku ingin selalu bernafas setiap melihatmu memandangku..

Aku ingin mengakhiri hidupku dalam sederet kata yang akan kau ucapkan,

Seperti..
Aku mencintaimu..
Aku menginginkanmu..
Aku sangat ingin kamu selalu ada di dekatku..

Walau ku tau,
Bintang tak selalu mendapat langit yang terang untuk tetap bersinar..

Walau ku tau,
Hujan tak selalu menyenangkan bila datang..

Walau ku tau,
Matahari tak selalu perlu di butuhkan..

Tetapi,
Aku akan selalu mencintaimu..

Aku akan selalu menempatkan namamu dalam sanubariku..

Sedalam-dalamnya,
Aku hanya ingin kau menjadi milikku..
Walau itu menentang takdir dan kuasa Tuhan sekalipun..

Loved,
Debi Pramestia Ayuningrum.

[ The Fault of Love ]
***

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali berusaha membukanya. Mataku terbuka dengan terasa beratnya. Aku menatap ruangan di sekelilingku. Bau obat-obatan masih sangat menyengat, tandanya aku masih berada di Rumah Sakit. Tumpukan perban yang menggulung di kepalaku terasa semakin menebal. Kaki kananku harus di perban pula. Leher jenjangku ini juga harus di gift. And, aku harus kembali berbaring diatas bangsal hitam yang kaku ini. Padahal aku sudah berharap akan pulang secepatnya.

"Sayang, kamu sudah sadar?" Sapa Amanda dengan lembutnya padaku yang hanya ku balas dengan anggukan kepala.

"Mau ku panggilkan Dokter?" Tawar Amanda sambil mengusap lembut pipiku. Aku segera menggeleng saat mendengar tawaran Amanda barusan.

"Atau kamu mau makan? Aku belikan bubur ya." Lagi, aku kembali menunjukkan ekspresi yang sama.

"Dimana yang lain?" Tanyaku pada Amanda dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Papamu sedang mengurus kasus semalam. Oma sedang on the way kesini. Sahabatmu yang lain belum muncul, mungkin nanti." Jelas Amanda sambil membuatkan segelas susu.

"Vano?"

"Aku belum tau kabarnya." Terang Amanda yang lantas membuatku cemas.

"Aku harus menemui Vano." Gumamku mencoba bangun perlahan. Melihat aku yang sedang berusaha menuruni bangsal, Amanda langsung menghentikan aktifitasnya dan menghampiriku.

"Kamu mau apa?" Kata Amanda menahanku agar tidak beranjak sedikitpun.

"Aku ingin bertemu Vano."

"Nanti biar ku antar, sekarang istirahat saja. Papamu bisa marah kalau tau kamu meninggalkan tempat tidurmu."

Aku mendengus kesal mendapati Amanda yang melarangku untuk bertemu Vano. Aku kan ingin tau bagaimana keadaan kekasihku. Ibu tiri tak pengertian. Begitu aku menganggapnya. Ya, benar, sebaik-baiknya Amanda berperilaku baik padaku, tetap saja ia akan selalu salah dimataku.

Secret AdmirerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt