12. Venna or Joana? (Special Part)

6.4K 290 0
                                    

Bingung. Bingung. Bingung. Itulah yang sedang di rasakan pemuda berkulit putih dan berhidung mancung ini. Perasaannya bingung. Berkencan dengan dua wanita sekaligus? Apa yang dapat di harapkan? Pertengkaran? Atau perkelahian? Aarrgghh. Desah pemuda itu kesal.

"Aku di cafe tempat biasa kita satnight. Kamu dimana?"

"Kamu harus menemuiku malam ini juga, Mario! Aku tidak mau tau."

Handphone-nya berbunyi. Tanda ada notifications baru masuk. Ooh, dua messages. Dari? Ya, Venna dan Joana mengirim pesan bersamaan.

Apa yang harus dikatakan oleh seorang Mario? Niatnya kan hanya ingin menikmati malam di tengah padatnya kota Jakarta ini bersama calon Ibu dari anaknya. Lalu mengapa Joana memaksa bertemu? Bikin kacau saja.

Akhirnya Mario memutuskan membalas pesan yang sama untuk keduanya.

"Temui aku di rumah saja. Aku sedang tidak ingin keluar rumah. Aku malas."

Lah? Apa katanya? Mario akan menyatukan Venna dan Joana dalam ruangan yang sama? Sewaktu promnight saja Joana berani mencari gara-gara dengan wanita hamil itu di hadapan teman-teman dan khalayak tamu lainnya. Apalagi ini? Entahlah nasib Venna akan bagaimana.

Mario kembali memasuki kamarnya, mungkin ingin sekedar berganti baju sambil menunggu kedua wanita itu datang.

Bel rumah Mario berbunyi. Mungkin salah satu dari gadis itu telah datang. Seseorang yang bernotabene sebagai Mama Mario segera membukakan pintu.

"Selamat malam, Tante." sapa Joana ramah.

"Malam, Ma." sapa Venna yang juga tak kalah ramah. Ooh, jadi keduanya datang bersamaan? Mama Mario atau sebut saja Tante Eva terlihat bingung. Bagaimana tidak? Tingkah laku anak laki-lakinya itu sungguh konyol.

"Kalian berdua kemari ada apa?" Tanya Tante Eva menyelidik.

"Ya mau bertemu Mario, Tante."

Tante Eva mengangguk ragu. Kemudian mempersilahkan Venna dan Joana untuk masuk. Mereka duduk di sofa di ruang tamu sambil menunggu kedatangan Mario.

"Sebentar ya biar Tante panggilkan Marionya." Tante Eva beranjak bangun dari duduknya, ia berjalan menaiki tangga menuju kamar Mario.

Kini, hanya tinggal Venna dan Joana yang berada di ruang tamu rumah Mario. Keduanya diam. Hening. Sampai pada akhirnya Joana memulai membuka pembicaraan.

"Aku minta jangan dekati Mario lagi." Ucap Joana sinis dan menatap Venna geli. Hei, memangnya Venna sangat menjijikan apa hingga ditatap seperti itu?

"Apa urusanmu? Dia calon suamiku." Venna menegaskan. Wanita hamil bertubuh gemuk itu berusaha meyakinkan bahwa Mario miliknya dan Joana tidak berhak sedikitpun atas diri Mario.

"Aku pacarnya." Joana berusaha menyaingi suara tegas Venna.

"Mario sudah memutuskanmu sejak dua bulan yang lalu. Apa kamu belum sadar?" Kata Venna berapi-api. Tampaknya ia mulai geram.

"Mario tidak bersungguh-sungguh."

Venna menghela napas. Pyscho sekali sih Joana ini. Membuat kesal saja. "Tetapi Mario lebih mencintaiku dan anaknya."

"Belum tentu itu anaknya!" Sergap Joana cepat.

"Apa maksudmu?" Benar kan! Venna emosi sekali sekarang sampai setengah berteriak mengatakan kata barusan.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now