Chapter 19

1.7K 198 300
                                    

Pastikan untuk selalu vote dan komen yang banyak di setiap baris kalimat. Biar aku semangat melanjutkan cerita ini.

Happy Reading 🤍

--------------------------------------------------------------

“Obat dari tenangnya jiwa adalah menerima dan meyakini bahwa takdir Allah itu selalu baik. Berprasangka baiklah kepada Allah karena sesungguhnya Allah tergantung prasangka hamba-Nya kepada-Nya.”

— Ustaz Hanan Attaki

🕊🕊🕊

"Tamunya cewek? Siapa? Apa aku mengenalnya?" tanyaku penasaran.

Bang Al tersenyum. "Nanti juga kamu tahu. Justru aku mau ngenalin dia sama kamu."

"Oh gitu, yaudah Sha mau pulang dulu. Mau siapin masakan buat nyambut dia. Kira-kira dia suka makanan apa Bang?" ucapku sembari tersenyum tipis.

"Nggak perlu Sha, aku udah beli makanan buat dia," balasnya tersenyum.

"Bang Al udah beli makanan buat dia?" tanyaku tidak percaya.

Bang Al hanya mengangguk sembari tersenyum.

"Spesial banget kah tamunya itu? Sampai-sampai Bang Al udah beli makanan untuknya?" tanyaku dengan nada sedikit kesal.

Lagi-lagi Bang Al hanya mengangguk sembari tersenyum. Membuatku menatapnya kesal. Sumpah demi apapun, baru kali ini aku iri sama tamu spesial Bang Al. Sampai-sampai Bang Al udah membelikan makanan untuknya.

Aku menghela napas sejenak kemudian berkata."Sha mau pulang!"

Aku langsung membereskan kotak makan ke dalam totebag, setelah itu langsung beranjak pergi tanpa berpamitan kepadanya.

"Shabira! Tunggu!" Bang Al mencekal tanganku.

Aku melepaskan tangannya."Sha mau pulang!"

"Kamu kenapa? Tiba-tiba wajah kamu murung kayak gitu? Kamu cemburu?" tanyanya.

"Pikir aja sendiri!" Aku berkata dengan nada kesal. Kemudian kembali berjalan meninggalkannya.

"Sha, tunggu sebentar! Pulangnya diantar supir kantor, ya?" ucapnya sembari berjalan menyamai langkahku.

"Nggak perlu!" balasku dengan suara cukup tinggi karena kesal.

Ketika aku hendak membuka pintu ruangannya, Bang Al langsung membelakangi pintu tersebut.

"Bang Al minggir! Sha mau pulang!" ucapku kesal.

"Sha, tamunya itu——" Perkataan Bang Al terhenti ketika seseorang mendorong pintu dari luar, sehingga membuat tubuh Bang Al terdorong ke depan dan langsung memelukku.

Aku mendorong dadanya hendak melepaskan pelukannya, namun Bang Al menahan pinggangku. Sehingga membuat kedua netra kami saling bersitatap sangat lama, bahkan jarak wajah kami sangat dekat. Membuat suasananya begitu canggung dan aku nggak tahu harus berbicara apa selain menatap mata indahnya itu. Bahkan jantungku berdebar sangat kencang ketika ditatap olehnya sedekat ini.

"Permisi Pak Al. Berkas la—" Terdengar suara seseorang yang ku kenali.

Bang Al langsung melepaskan tangan yang menahan pinggangku. Kemudian aku dan dia menoleh ke arah sumber suara yakni Kiran.

"Ma—maaf Pak, saya lupa ngetuk pintu, kalau begitu saya permisi," kata Kiran seraya tersenyum canggung.

"Kiran tunggu!" ucap Bang Al.

Pelabuhan HatiWhere stories live. Discover now