Chapter 18

1.6K 193 316
                                    

PASTIKAN UNTUK SELALU VOTE DAN KOMEN DI SETIAP BARIS KALIMAT BESTIE. SUPAYA AKU SEMANGAT MELANJUTKAN CERITA INI.

HAPPY READING 🤍

--------------------------------------------------------------

Tolong lupakan masa lalu kamu. Sebab, kini akulah masa depanmu yang mesti kamu jaga dan cintai dengan setulus hati!

Shabira Deiren Umzey

🕊🕊🕊

"Sha, bangun. Salat tahajud yuk!"

Aku mendengar suara Bang Al, namun mataku enggan terbuka.

"Shabira, bangun!" Bang Al berkata sembari menepuk-nepuk pelan pipiku.

"Bang, coba panggil dulu gini Shabira Sayang, bangun yuk?" balasku dengan mata terpejam sembari tersenyum.

Aku membuka mata kananku sedikit, terlihat Bang Al mengembuskan napasnya. Ketika dia kembali menatap ke arahku, lantas aku pun kembali memejamkan mata.

"Shabira Sayang, bangun yuk?" ucapnya.

Aku pun langsung membuka mata dan tersenyum menatapnya. "Makasih Sayangku."

Bang Al tidak merespon, dia langsung beranjak pergi ke kamar mandi. Usai dia keluar dari kamar mandi, aku pun langsung bergegas masuk untuk berwudhu.

Setelah berwudhu, aku pun langsung memakai mukena dan menghamparkan sajadah. Hanya di waktu tahajud aku bisa salat bersamanya, sebab ketika salat wajib, Bang Al selalu salat berjamaah di masjid. Namun, aku sangat senang sekali karena akhirnya menjadi makmum dan satu shaf dibelakangnya pun terwujud.

Lantas kini kami melaksanakan salat tahajud sebanyak dua rakaat dengan khusyuk. Usai melaksanakan salat tahajud dan berdoa. Aku pun menghampiri Bang Al dan mencium tangannya.

"Bang Al, nggak mau cium kening Sha?" kataku setelah mencium tangannya.

Bang Al hanya bergeming.

"Dulu waktu kecil Sha suka lihat Papa cium kening Mama kalau habis salat berjamaah, tapi kalau Abang nggak mau, nggak apa-apa kok," lanjutku seraya tersenyum tipis.

Tiba-tiba Bang Al mendekatkan wajahnya ke arahku, dia pun langsung mencium keningku. Sontak membuatku sedikit terkejut, dan tersenyum senang menatapnya. Bahkan jantungku berdebar sangat kencang. Usai itu kami saling tatap dan terdiam, entah mengapa suasananya menjadi canggung.

"Sha, habis ini kita ngaji bareng," ujar Bang Al mengalihkan kecanggungan kami.

"Tapi bacaan Al-Quran Sha belum bagus, masih sedikit terbata-bata." Aku berkata sembari menundukkan pandangan karena malu.

"Aku ajarin," balasnya.

Aku tersenyum menatapnya."Really?"

Bang Al hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Kemudian dia kembali berwudhu, begitupun denganku. Usai itu kami pun mulai mengaji bersama dimulai dari Al-Fatihah, kemudian membaca surah Al-Baqarah ayat satu sampai sepuluh. Dengan sedikit terbata-bata, aku pun ikut membaca. Meskipun belum fasih, tetapi aku berusaha membacanya sebaik mungkin.

Dengan penuh kesabaran, Bang Al membantu membenarkan kesalahan bacaanku terkait tajwid serta cara membaca huruf hijaiyah dengan baik dan benar. Akan tetapi, aku tidak merasa malu. Walaupun aku banyak salahnya, aku terus meminta Bang Al mengajariku sampai membaca Al-Quran nya dengan baik. 

"Sha, apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf zay maka hukumnya adalah ikhfa. Maka, membacanya harus apa?" tanya Bang Al.

"Samar," balasku.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang