Chapter 3

2.2K 234 113
                                    

Bestie, please jangan silent reader dong.

Yuuk ramein kolom komentar dan vote biar aku semangat lanjutkan ini cerita.

Happy Reading💗

---------------------------------------------------------

Berharap boleh saja, tapi sewajarnya. Ingat Allah adalah sebaik-baik tempat kita berharap. Jangan sampai kamu berharap lebih pada manusia.

- Pelabuhan Hati -

@nurhoiriah16_

🦋🦋🦋

"Astaghfirullah Shabira! Kamu daritadi belum bangun juga? Udah jam tujuh ini! Papa bisa ketinggalan pesawat kalau kamu nggak bangun-bangun!"

Aku dapat mendengar suara Papa, namun mataku enggan membuka, dan membiarkan tetap terpejam sembari memeluk guling.

"Sha, dari dulu Papa sama Mama udah sering nasehatin kamu, kalau udah salat subuh jangan tidur lagi! Jangan dibiasakan!"

Aku hanya terdiam dengan mata terpejam. Namun, tiba-tiba terdengar suara gorden yang digeser. Aku menggeliat, dan mengucek kedua mata ketika pantulan cahaya matahari dari luar masuk ke dalam kamarku. Lantas aku pun membuka mata sembari mengerucutkan bibir menatap Papa.

"Sayang, ayo bangun. Katanya semalam janji mau antar Papa ke bandara?" Papa melembutkan suaranya sembari mengelus rambutku.

Aku pun beranjak duduk dan menyenderkan tubuhku di kepala ranjang. "Papa pergi ke Bali nya nggak lama, kan?"

"Enggak Sha, Papa di sana cuma meeting sama klien."

"Pulang ke rumah jam berapa?"

Papa melirik jam tangannya. "Insya Allah, habis maghrib Papa udah ada di rumah."

"Okay, then I'll shower first." Aku berkata sembari beranjak pergi dari kasur.

Papa beranjak berdiri, kemudian berhadapan denganku. "When you're done, don't forget to go to the dining room for breakfast. Papa will be waiting there."

"Siap bos!" balasku sembari mengangkat tangan kanan dengan gerakan hormat.

Hanya gelengan kepala sembari tersenyum yang dibalas oleh Papa. Setelah dia pergi ke bawah, aku pun langsung masuk ke kamar mandi.

Usai mandi, berganti pakaian, dan memakai pashmina serta bermake-up tipis. Aku langsung keluar kamar, lalu menuruni anak tangga dan menghampiri Papa yang berada di ruang makan.

Sesampainya di sana terlihat dua piring nasi goreng telor orak-arik serta sosis berada di atas meja.

"Simple fried rice for my beautiful princess," kata Papa sembari memperlihatkan nasi goreng tersebut kepadaku.

Aku tersenyum haru melihatnya. Biasanya ketika aku di rumah setiap pagi Mama yang selalu membuatkan sarapan, tapi kali ini Papa yang membuat sarapan untukku. Sudah satu minggu Mama meninggalkan kami, namun aku selalu merasa Mama ada di dekatku.

"Thank you, Pa," balasku diakhiri senyuman. Kemudian aku menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Papa.

"Sorry, kalau nasi goreng nya nggak seenak masakan Mama ya, Sha. Kamu tahu sendiri kalau Papa nggak bisa masak," ucap Papa sembari terkekeh-kekeh.

"Wait, Sha cobain dulu." Aku langsung membaca basmalah, kemudian langsung memasukan satu sendok nasi goreng buatan Papa. Dan ternyata rasa bumbunya pas dan enak.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang