Chapter 5

2.1K 215 114
                                    

Hi Bestie, judul cerita Shabira aku ganti jadi Pelabuhan Hati. Alasannya karena nama judul dengan nama tokoh itu sudah pasaran. Semoga kalian setuju yaaa🤍

Oh ya, mau ngasih tau juga pekerjaan si Kiran sahabatnya Shabira itu asisten finance manager, di Bab 3 ada kesalahan. Udah aku perbaiki.

Oke, sebelum baca cerita ini aku minta tolong selalu support cerita ini dengan memberikan vote serta komentar boleh? Biar aku selalu semangat terus buat update.

Please jangan silent reader. Jangan pelit ngasih Vote. Aku harap kalian yang baca cerita ini bisa mengapresiasi apa yang aku tulis.

Kalau kalian pengen update cepet, setidaknya berikan vote dan ramaikan komentar. Makasih🙏

Happy Reading 🤍

--------------------------------------------------------------

Ya Rabb, Engkau Maha Pembolak-Balik hati manusia. Maka, hamba minta bukakan dan luluhkanlah hatinya supaya dia mencintai hamba. Seperti hamba yang tulus mencintainya.

Shabira Deiren Umzey

🕊🕊🕊

Aku tersenyum menatap pantulan diriku di depan cermin. Memakai outfit serba hitam adalah favoritku. Kemeja polos berwarna hitam dibaluti blazer hitam serta rok span panjang hitam dan pashmina senada terlihat sangat elegant.

"Masya Allah you're so beautiful Shabira," pujiku setelah memakai kaca mata hitam.

Jam dinding kamar terlihat sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi. Setelah rapi, aku langsung mengambil tas selempang berwarna hitam dan meraih kunci mobil milik mendiang Mama di atas laci. Kemudian aku keluar kamar dan menuruni anak tangga.

Terlihat Bi Nunung sedang menyapu, dia menghentikan aktivitas tersebut kemudian tersenyum ke arahku. "Masya Allah Non Shabira, cantik banget."

"Really?" tanyaku diakhiri senyuman.

Bi Nunung mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Non Shabira mah tetap cantik dari dulu."

Aku tersenyum."Bibi bisa saja. Oh ya, Bibi udah belanja ke supermarket buat masak menu nanti malam?"

"Belum Non, insyaallah habis ngepel. Bibi langsung pergi ke pasar."

"Okay, jangan lupa beli daging sapi sama iga sapi nya. Buat bikin rendang dan sop iga sapi."

"Siap Non!"

Setelah itu aku pamit pergi. Lalu keluar rumah dan memasuki Mobil BMW M3 Competition berwarna putih. Kemudian aku langsung melajukan mobil tersebut dengan kecepatan 60 km/jam.

Namun ketika jalanan terlihat lengang, aku langsung menaikan kecepatan menjadi 100 km/jam. Ingin rasanya aku menaikkan kecepatan lagi, tapi aku tidak ingin mengambil risiko karena ini bukan di tempat arena balapan. Walaupun sebenarnya aku sangat merindukan balapan.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit, aku sudah tiba di depan butik FA Clothing milik mendiang Mama. Dulu butik tersebut hanya berlantai dua, namun sekarang sudah di renovasi menjadi tiga lantai dan cukup luas.

Usai memarkirkan mobil, aku langsung bergegas memasuki butik, dan disambut ramah oleh dua pelayan butik perempuan memakai abaya hitam dan berhijab syar'i. Aku hanya membalas mereka dengan senyuman.

Terlihat perempuan yang berumur kisaran 45 tahun memakai gamis cokelat dengan khimar syar'i menuruni anak tangga menghampiriku seraya tersenyum. Aku langsung menyalami tangan perempuan tersebut yang tak lain Tante Widya, orang kepercayaan Mama dalam mengembangkan usaha butik dan brand pakaian FA Clothing ini.

Pelabuhan HatiWhere stories live. Discover now