17

7 0 0
                                    

"Udah sana pulang!" suruh Ilora pada lelaki yang saat ini berada di depan rumahnya.

Aldan tidak bergeming, seolah pemuda itu mengabaikan begitu saja perkataan Ilora yang jelas-jelas mengusirnya.

Masih dengan tatapan tidak terbaca, entah apa yang saat ini ia fikirkan, yang jelas, Aldan menatap ke arah bangunan minimalis di depannya tanpa berkedip sedikitpun.

"Iya rumah Lora jelek, rumah Lora kecil, nggak sebagus sama sebesar rumah yang Aldan tempati. Udah sana pulang! Ngapain masih di sini?!" usir Ilora masih sedikit jengkel dengan sifat keras kepala pemuda menyebalkan di depannya. Sesekali Ilora mendorong tubuh tegap Aldan, bermaksud agar pemuda itu peka jika keberadaan sangatlah tidak di inginkan oleh pemilik rumah.

"Gue udah jauh-jauh nganter lo pulang, lo nggak nyuruh gue buat masuk dulu? Atau minum gitu kek?" tanya Aldan semakin tidak tau diri.

Ilora menghela nafas berat, "Lora nggak minta dianterin sama Aldan! Ini Aldan yang paksa Lora buat pulang bareng!" Entah kenapa seharian ini suasana hati Ilora bisa dibilang sangat jelek, ia merasa ingin memakan siapapun yang menggangu dirinya hari ini.

"Assalamualaikum Ibu," Ilora mengucapkan salam, kepada Lasmi yang tengah sibuk menyapu halaman rumahnya.

Mendengar kedatangan Ilora, Lasmi menghentikan rutinitasnya sejenak, wanita itu menolah, ia mendapati Ilora dan seorang lelaki di sebelah putrinya.

"Waalaikumsalam," jawab Lasmi, tatapan melirik Aldan yang saat ini tengah menyunggingkan senyum tipisnya.

"Tante," dengan ramah, Aldan menyapa Lasmi. Tidak lupa ia juga menyalimi tangan wanita itu.

"Lora mau masuk dulu Bu," pamit Ilora saat ia sadar ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya sendiri. Gadis itu berjalan memasuki rumah setelah mendapat anggukan kecil dari Lasmi.

★★★★★

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Lasmi pada pemuda yang masih setia berdiri di depannya.

Tanpa merasa keberatan sedikitpun, Aldan menyetujui permintaan Lasmi. Mereka berdua berjalan menuju kursi yang memang tersedia di luar rumah.

"Apa sebenarnya niat kamu?" Tanpa basa-basi Lasmi mulai melontarkan sebuah pertanyaan.

"Maksud Tante?"

Terlihat Lasmi yang sepertinya menghela nafas kasar, sebelum akhirnya ia mulai melanjutkan perkataannya. "Ilora jarang dekat dengan cowok, dan melihat kamu yang tiba-tiba datang ke rumah saya, itu bukan suatu kebetulan bukan? Jika kamu ngedeketin Ilora dengan maksud dan tujuan lain. Saya mohon urungkan niat kamu. Dan tolong jauhi putri saya." Terlihat Lasmi yang menatap lurus dengan muka datarnya.

"Maaf kalau niat saya bikin Tante merasa kurang nyaman. Saya cuma mau deket dengan adik saya."

"Adik?"

"Maaf, maksud saya—"

"Jujur, saya merasa keberatan jika Ilora dekat dengan siapapun yang berhubungan dengan keluarga Hermawan."

"Jika yang Tante takutkan saya akan menyakiti Ilora, Tante nggak usah khawatir, saya tidak akan melakukan itu."

"Kamu mungkin nggak, tapi keluarga kamu yang lain berkemungkinan besar."

★★★★★

"Pantes seharian bawaannya pengen ngamuk mulu, untung ada stok pembalut," gumam Ilora sambil berjalan keluar dari kamar mandi, setelah menyelesaikan semua ritualnya sebagai perempuan.

Ilora sudah menganti seragamnya dengan celana dan juga baju lengan pendek Berbahan kaos.

"Udah pulang dia Bu?" tanya Ilora sambil mendekati Lasmi yang saat ini sedang sibuk di dapur.

Zielo{On-going}Where stories live. Discover now