02

15 5 1
                                    


Saat sudah mendengar bell pulang berbunyi, Ziega memasukkan asal seluruh peralatan alat tulisnya. Tidak lupa dia juga memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Eh lo mau kemana? Buru-buru amat," tanya Aldan kepo, dan reflek tangan lelaki itu menarik kerah belakang Ziega, yang mau tidak mau tindakan dia berhasil memberhentikan langkah Ziega.

"Gue ada perlu," sahutnya,  sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Aldan.

"Sok sibuk lo Ga," celetuk Alzie enteng.

"Bukan sok sibuk, tapi gue—" belum juga dia menyelesaikan perkataannya, sebuah suara cempreng tiba-tiba terdengar dari balik pintu.

"Ega. Ega mau pulang'kan? Lora nebeng ya."

Dengan wajah masam menahan rasa kesal, Ziega menatap tajam ke arah Aldan. Seolah pandangannya mengatakan jika ia menyalakan lelaki yang baru saja menahan kerah bajunya.

"Ehhh!" Cengir Aldan polos, sesaat dia mulai sadar, jika Ziega buru-buru mungkin karena menghindari murid baru itu.

"Almero. Lo bisa nggak sih sedetik aja izinin gue hidup tenang?" sahutnya jengah. Baru 1 minggu dia merasa bahagia bisa terbebas dari cewek freak di depannya, dan sekarang kebebasannya seketika runtuh begitu saja.

"Tapi Lora mau pulang bareng Ega."

"Gue nggak mau di intilin lo."

"Lora nggak ngintilin Ega kok. Lora bisa jalannya di samping Ega, kita jalan beriringan. Jadi beda sama ngintilin yang ngikutin dari belakang," sahut gadis itu seolah tidak kehabisan ide.

Merasa enggan berdebat, Ega berjalan menuju tembok belakang, "Eh, Ega nggak jadi pulang?" Tanyanya penasaran, dan reflek Ilora melangkahkan kakinya mendekati lelaki yang sedang membawa sebuah sapu.

"Lo bisa pulang duluan, gue ada piket hari ini," celetuk Ziega santai, lelaki itu bahkan sudah mulai menyapu lantai yang terlihat sedikit berdebu.

Kening Alzie berkerut, seolah sedang komunikasi melalui tatapan mata dengan Aldan, mereka sama menyerkit heran.

"Yaudah sini, biar Lora bantuin." Ilora merebut sapu yang sedang dipegang Ziega, dengan maksud untuk menggantikan tugas lelaki yang ia kagumi dari lama.

Ziega tersenyum puas, "Lo beresin nyapunya, gue mau ke depan dulu buang sampah."

"Iya."

Sepanjang koridor Ziega tertawa puas, "Parah lo Ga," sambung Alzie yang memang mengikuti jejak Ziega. Sesekali dia menoleh ke dalam kelas, dan dapat ia lihat seorang gadis bertubuh mungil yang sedang merapikan bangku sebelum akhirnya mulai menyapunya.

"Hooh, anak baru udah lo kerjain gitu. Kasian tau Ga. Mana mukanya polos banget lagi kaya bocah SD."

"Boda amat, yang penting gue seneng bisa lepas dari cewek gila itu," sahut Ziega santai. Bisa kalian tebak bukan? Ya lelaki itu kabur begitu saja meninggalkan sosok gadis polos di dalam kelasnya.

Ilora menatap ke kelas Ziega, hanya ada beberapa murid yang masih berada di dalam kelas. Sesekali dia melirik ke jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Buang sampahnya kok lama sih?" Batin Ilora sesekali ia memandang ke arah pintu, berharap sosok yang sedang ia tunggu datang.

"Lo siapa?" tanya seorang lelaki yang sedang merapikan meja juga kursi. Lelaki itu menoleh sambil bertanya ke arah gadis yang terasa asing dan berada di dalam satu ruangan dengannya membawa sebuah sapu.

"Aku Lora," sahutnya dan kembali membungkuk untuk membersihkan kolong meja.

"Dari kelas mana lo? Kenapa malah nyapu di kelas ini. Lo nyasar?"

Zielo{On-going}Where stories live. Discover now