05

11 3 0
                                    

Seorang gadis sedang terduduk di atas tempat tidur, kedua tangannya memeluk sebuah boneka beruang besar berwarna pink, sesekali melirik ke arah ponselnya sendiri.

"Ega jahat banget sih! Masa satupun pesan yang Lora kirim nggak ada yang di bales. Boro-boro dibales, dibaca juga kagak!" ocehnya dengan bibir yang sedikit ia manyunkan.

"Ditelfon juga nggak diangkat! Ini gimana mau PDKT kalau yang dideketin kek gini modelannya," gumam Lora dengan suara yang mulai putus asa.

"Emang Lora jelek banget ya? Sampai Ega nggak pernah sedikitpun ngelirik ke arah Lora, malah kabur kalau lihat Lora dateng."

Dengan wajah penuh keheranan, Lora beranjak dari tempat tidurnya, dan berdiri di depan meja rias yang memang berada tidak jauh dari posisi gadis itu saat ini.

"Cantik kok! Orang Bunda aja sering bilang kalau Lora anak cantiknya Bunda." celetuknya, sambil mengamati wajah putihnya. Wajah Lora bisa di bilang bersih tanpa bekas jerawat satupun. Bibirnya yang berwarna pink alami, juga hidung mancung serta mata yang sedikit sipit.

Ditengah kesibukannya, Lasmi tiba-tiba datang, ia membuka pintu kamar Lora, dan berjalan mendekati gadis yang sedang sibuk mengamati pantulan wajahnya sendiri di layar cermin.

"Lora lagi apa? Makan dulu yuk, Ibu udah siapin Lora makanan. Dari pulang sekolah Lora belum makan'kan?" tanya Lasmi sembari mengulurkan tangannya, dan mengusap lembut rambut panjang gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.

"Ibu masak apa?" Lora membalikkan badannya, tatapan mata polos gadis itu menatap wanita tua yang berdiri di belakang Lora.

"Masak tumis jamur sama gurame goreng."

Kedua mata Lora melebar saat mendengar menu masakan yang sudah disiapkan Lasmi. "Mau, Lora mau makan Bu!" serunya penuh antusias.

Tanpa menunggu lama, Lora menarik tangan Lasmi, dan membawanya keluar dari kamar menuju dapur. Perutnya memang sudah mulai keroncongan. Mereka berdua berjalan beriringan persis seperti hubungan seorang Ibu dengan putri kecilnya.

"Nasinya kebanyakan Bu," ujar Lora bermaksud menghentikan niat Lasmi yang masih berniat menambahkan nasi ke dalam piringnya.

"Segini normal, Ilora. Tuh lihat, badan kamu kurusan," celetuk Lasmi sembari mengamati tubuh gadis yang duduk di depannya.

"Badan udah kaya mau saingan sama lidi."

Mendengar celetukkan yang keluar dari mulut Lasmi, Lora memanyunkan bibirnya.

"Tadi gimana di sekolah? Bekal yang kamu bikin Ega suka?" tanya Lasmi mencoba mengajak Lora berbincang. Ini sudah menjadi rutinitas Lasmi untuk menjadi pendengar terbaik, tentang semua hal yang Ilora alami setiap harinya.

Lora yang tadinya berniat memasukkan sesuap nasi, sesaat mengurungkan niatnya. Dia menggeleng kecil, sebagai jawaban dari apa yang Lasmi tanyakan.

Kening Lasmi berkerut saat melihat respon Ilora.

"Loh? Ega nggak suka? Perasaan makanannya enak kok, nggak ada yang salah sama rasanya. Kan Ibu udah nyobain tadi," timpal Lasmi mengutarakan keheranannya.

Ilora menghela nafas kasar, "Bukan Ega yang makan bekel itu Bu, tapi temennya yang makan."

Ingatan Lora melayang ke kejadian beberapa jam lalu, saat dia datang dan berniat baik untuk memberikan Ziega makanan.

"Yaudah, Ega beresin ngerjain PR-nya, nanti keburu bell masuk bunyi. Lora balik ke kelas ya Ga."

"Hem," sahut lelaki yang sedari tadi diajak bicara oleh Ilora.

Zielo{On-going}जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें