10

14 1 0
                                    

"Lama bener, ngapain aja lo? Sampai lumutan gue nunggunya," dengus Ziega menatap sebal gadis yang baru saja muncul, yang bisa ia lihat jika gadis itu sudah mengganti pakaiannya.

"Dandan. Kan biar cantik, biar nggak malu-maluin Ega nanti," sahut Ilora sambil membenarkan tatanan rambutnya sendiri, yang bahkan sudah jauh dari kata rapi.

"Gimana? Lora cantikkan?" Ilora bertanya, gadis itu juga memutar-mutarkan badannya, sehingga dress putih yang ia gunakan ikut bergoyang.

"Biasa aja sih," sahut Ziega tanpa berfikir panjang.

Ilora mengerucutkan bibir mungilnya, saat mendengar perkataan yang terbilang menyakitkan dari bibir lelaki di depan ia.

"Bilang cantik kek. Biar perjuangan Lora milih-milih baju membuahkan hasil."

"Kalau gue bilang cantik berati secara nggak langsung gue bohong dong? Terus amal buruk gue di catat malaikat Atit ntar. Terus gue masuk neraka, terus seluruh badan gue gosong kaya ikan asin goreng yang lupa di balik." tukas Ziega panjang lebar.

"Emang Lora sejelek itu ya di mata Ega?"

"Hooh."

"Jelek aja atau jelek banget?"

"Banget."

"Iiisshhhhh Ega! Lora cantik tau Ga. Tanya Ibu coba kalau nggak percaya." Ziega mengelengkan kepalanya tidak percaya, ia tidak menyangka jika ada spesies dengan tingkat kepedean di atas rata-rata seperti gadis yang berdiri di depannya saat ini.

"Lo cantik Ra, tapi kalau diem. Kalau lo terus ngoceh kaya gini, muka lo berubah jadi mirip kaya kunti."

"Eeeeegggggaaaaa!!!!"

"Hahahhahahha, udah berhenti ngocehnya. Udah mau saingan lo sama burung beo? Yuk kita pergi sekarang."

Ziega mengulurkan tangannya, dan menggenggam lengan kanan Ilora, selama beberapa detik Ilora hanya mampu terdiam mematung. Apa yang baru saja Ziega lalukan sukses membuatnya tidak berkutik. Kedua pipi Ilora bersemu merah, tanda jika dirinya kali ini tengah salah tingkah.

★★★★★

"Ega mau beli hadiah apa?" tanya Ilora sambil menolehkan kepalanya, kali ini mereka berdua sedang berjalan beriringan di sebuah mall. Tubuh Ilora semakin terlihat mungil di samping Ziega.

"Kagak tau," sahutnya dengan kedua bahu yang spontan terangkat.

"Baju?"

"Baju nyokap-bokap gue udah banyak."

"Tas?"

"Tas apalagi, ada 2 lemari penuh."

"Sepatu?"

Ziega mengelengkan kepalanya, tanda jika ia menolak usulan gadis cantik di sampingnya.

"Terus Ega maunya apa?" tanyanya dengan kening yang berkerut ikut kebingungan.

"Nggak tau Almero."

"Boneka?"

Ziega menoyor kepala Ilora. "Nyokap gue bukan remaja labil kek lo yang tidur masih doyan meluk boneka."

"Habisnya Lora juga ikutan bingung, ini bukan, itu juga bukan."

"Jam, gue pengen ngasih Mama Jam." Setelah berdiam cukup lama, kalimat tersebut keluar dari mulut Ziega.

Ilora seketika mengangguk antusias, karena kebingungannya sudah menemukan titik terang, dan dengan spontan ia menarik tangan Ziega untuk membawanya ke sebuah toko Jam yang cukup ternama.

"Ega mau beli yang merk apa? Terus yang modelnya gimana?"

"Bebas deh, tapi gue pengen jam tangan couple."

Zielo{On-going}Where stories live. Discover now