Bagian Dua Puluh Satu: Penguntit, Menguntit

Start from the beginning
                                    

》》》

"Lo yakin itu mereka?"

Kariza berdecak lalu meliriknya melalui ekor mata. "Mata gue belom burem ya." balasnya sewot.

Atha mengerucutkan bibirnya kemudian kembali mengamati dua pasang manusia yang tengah berdiri di halte bis didepan mereka kini. Dia dan Kariza bersembunyi dibalik dinding, memperhatikan Nara juga Nanda yang tengah mengobrol seraya menunggu bisnya datang―persis seperti penguntit mesum.

Hanya saja, ada beberapa hal mengenai Kariza yang sedikit mengusik pandangan Atha. Pemuda bermata hazel itu terlihat mengundang tawa dengan pakaian yang dikenakannya hari ini. Atha tidak habis pikir―makhluk macam apa yang membuat Kariza memilih kaos atasan bermotif floral ala-ala hawai dengan bawahan celana selutut coklat lengkap dengan masker, topi, dan kacamata?

Unik. Terlalu unik. Bahkan saking uniknya, Atha bersumpah kalau dia melihat beberapa orang yang berpapasan dengan mereka harus menutup mulutnya agar tidak tertawa dihadapan Kariza.

Merasa tidak tega pada orang yang telah berjasa memberinya tumpangan tempat tinggal sementara itu pun, Atha memanggilnya. "Za."

Dia tidak menjawab.

"Rija."

Lagi-lagi tidak menjawab.

"Kari."

Kariza nampaknya mendadak tuli atau mungkin sengaja tidak menghiraukannya. Maka dari itu Atha menginjak sepatunya keras-keras yang sukses mendapat rintihan kesakitan disertai umpatan gratis keluar spontan dari mulutnya. Kariza menggerutu sambil mengangkat sebelah kakinya, menatap Atha kesal.

Sayang, bukan sampai disitu saja. pemuda itu kehilangan keseimbangan hingga menabrak tempat sampah dibelakangnya sampai jatuh berantakan ke jalanan―menyebabkan seekor kucing yang lewat menggeram kaget serta marah karena hampir tertimpa tong sampah tersebut.

Kelihatannya hari ini bukanlah hari keberuntungannya.

Menimbulkan kerusuhan seperti itu di pagi hari tentu menarik perhatian. Bahkan Nara sekali pun, kelihatannya mendengar bunyi yang disebabkan oleh Kariza sampai-sampai dia mengernyit penasaran kearah keduanya berada.

Buru-buru Atha pun memalingkan kepalanya. Agar mereka tidak ketahuan.

"Athalia." Kariza mengucapkannya penuh penekanan. Dia melotot kesal membuat Atha menatapnya sambil menggigit bibir bawahnya dan cengengesan pelan.

Detik berikutnya, Atha mendengar sepasang langkah kaki keluar dari pagar rumah megah yang baru saja keduanya berantakkan tong sampahnya. Seorang pria berjenggot dengan wajah kemerahan berjalan cepat kearah mereka.

"Hei, kalian yang disana!" ucapnya setengah berteriak.

Atha mendelik. Kariza celingak-celinguk seraya berusaha berpikir cepat. Dia menoleh, matanya menangkap Nara dan Nanda yang kini sudah memasuki bisnya. Dengan gerakan cepat Kariza menggamit tangan Atha, menyeretnya pergi sebelum mereka dihampiri oleh pria tua itu.

Keduanya berlari tanpa tujuan hingga Kariza benar-benar memastikan kalau tidak ada lagi yang mengejar keduanya dibelakang.

"Lo..jangan ngelakuin yang aneh-aneh!" omel Kariza sambil mengatur napasnya dan membungkukkan badan. Tidak jauh berbeda halnya dengan Atha.

Perempuan berambut sebahu itu mengulum bibirnya kedalam lalu memejamkan mata sejenak. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya setelah keduanya berlari cukup jauh dan kini mereka berada dipinggir jalanan yang menanjak.

"Za. Lo nyadar nggak lo lebih aneh? kalau lo nggak mau kita ketahuan, dandannya yang normalan dikit dong. Masa udah pakai kacamata hitam, masker, masih pakai topi lagi? mau nyaingin maling?" cerocos Atha kemudian.

Replaying UsWhere stories live. Discover now