Bagian Tujuh Belas: Dalam Gelap

13.7K 1.4K 106
                                    

A/n: yang kangen momen Kariza-Atha siapa?wayoloh, awas jerit pas baca. halah. Maaf kalo tulisannya suka typo dan jalan ceritanya kurang memuaskan..

Vote dan komen jangan lupa!Happy reading & hope you ♥ it -sav

==

Bagian Tujuh Belas: Dalam Gelap.

==

"Jadi?"

Atha mengangkat kedua alisnya keatas.

Kariza memincingkan mata kearahnya dan menghela napas. "Nih. Tas lo." ucapnya sebelum berlalu pergi. Meninggalkan Atha yang langsung memeluk ransel miliknya yang dibawakan Kariza. Dia bahkan baru ingat kalau tasnya masih berada di sekolah kalau saja Kariza tidak berinisiatif mengambilkannya.

Perhatian Atha teralih saat melihat Kariza baru saja menembus Faust yang menuruni tangga. Makhluk bersayap itu menatap keduanya bergantian lalu membumbungkan sayap, menghampiri Atha.

"Dia kenapa sih?" Atha menolehkan kepala kearah Faust seraya bertanya.

"Lagi sakit." jawab Faust seadanya.

Setelah membuat Nanda dan Nara pergi tanpa mencurigai keduanya, entah mengapa Kariza jadi seperti itu. Ketimbang mengomentari Atha panjang lebar karena mendadak bolos sekolah―dia justru berlalu begitu saja. Tidak biasanya.

Beberapa saat kemudian, Atha menaiki tangga menuju kamar sementaranya di lantai dua beriringan dengan Faust. Usai menaruh payung yang dibelikan Nara dan berganti baju, dia segera menjatuhkan tubuhnya diatas kasur sambil melentangkan tangan ke kedua sisinya. "Aaah, capek."

Faust yang duduk diatas kursi putar di depannya mengulum senyum miring. "Gimana Nara?" tanyanya, seakan tahu alasan dari wajah Atha yang sejak memasuki rumah berseri-seri. Tentu saja, tanpa bertanya apa yang terjadi pun―makhluk seperti Faust sudah tahu jawabannya.

"Ada hal yang nggak pernah berubah dari dia."

"Itu berarti pertanda yang bagus kan? tinggal tunggu hari minggu." ucap Faust lalu memunggungi Atha untuk meraih remot televisi dan menyalakannya. Makhluk bersayap itu memperhatikan wanita pembawa acara berita yang sedang menyiarkan langsung dengan seksama.

Di lain sisi, Atha menatap Faust kemudian mengalihkan pandangannya ke lain tempat. Tanpa sadar jemari Atha menggamit sprei kasur dengan erat. Seolah tidak rela karena waktu berjalan terlalu cepat.

Dan Atha sendiri, masih ingin melihat senyum Nara.

"Bisa nggak sih, diundur aja?" pertanyaan Atha yang begitu mendadak mengalihkan perhatian Faust.

"Kenapa?"

Atha membuang muka. "Ng, sebenarnya nggak apa-apa sih, cuman lo tahu kan kalau gue―"

"Berlama-lama disini bisa membuatmu terjebak di masa lalu." potong Faust, memperingatkan. "Kamu ingat kan, kamu harus pulang sebelum orang tuamu sampai di rumah."

Atha mendengus lalu menutup sepasang mata coklatnya. Untuk beberapa saat, dia tetap berada di posisi yang sama. Sebelah tangannya dia taruh diatas matanya sementara wajah Nara muncul dibenaknya. Ketika hari terakhir Atha melihatnya tersenyum―dan kemudian berubah menjadi gambaran Nara yang koma saat dibawa ke Unit Gawat Darurat.

Suara gaduh dari kamar sebelah tiba-tiba saja membuyarkan lamunan Atha serta menginterupsi perhatian Faust pada televisi. Atha buru-buru bangkit dan memasang raut tanya kepada makhluk bersayap didepannya.

"Dari kamar Kariza." Faust mengacungkan jari telunjuk ke sisi tembok disebelah kanan.

Atha memiringkan kepala mengira-ngira apa yang sedang seorang Kariza lakukan hingga menimbulkan suara gaduh seperti itu. Sesudahnya, Atha pun menuruni kasur dan berjalan menuju kamar Kariza diikuti Faust.

Replaying UsWhere stories live. Discover now