Bagian Lima: Obrolan dan Rencana Menetap

16.6K 1.7K 52
                                    

A/n: Selamat membaca!jangan lupa tinggalkan jejak!

sav

==

Bagian Lima: Obrolan dan Rencana Menetap

==

"Atha, lihat sini deh."panggil Nara tiba-tiba.

Atha yang sedang sibuk menyalin buku perekonomian global ke catatannya hanya bergumam menanggapi panggilannya. Saat itu keduanya berada di perpustakaan kampus, kebetulan dosen yang mengajar Atha sedang tidak hadir―sementara jam kuliah Nara masih belum dimulai.

"Kalo dipanggil noleh dong."omel Nara kemudian.

Perempuan itu mengulum bibirnya kedalam. Menahan diri untuk tidak memutar kedua bola matanya karena sebal. Sesaat kemudian Atha menaruh pulpennya dan hendak menoleh.

"Apaan si―"

Cklik.

Matanya terbelalak kaget selagi kedua tangannya spontan mencoba menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Atha merutuki Nara berulang kali dalam hati.

"Udah telat kali. Nih gue dapat foto spektakuler lo."Nara mengatakannya diselingi tawa pelan. Pemuda itu menunjukkan layar ponselnya kearah Atha yang perlahan menurunkan telapak tangannya dari wajahnya. Seringaian lebar terpampang di wajah Nara.

Nyebelin, batin Atha.

Layar ponsel Nara memperlihatkan sebuah foto yang beberapa detik lalu baru diambilnya. Atha bisa merasakan pipinya memerah. Ekspresinya terlihat memalukan sekali di foto itu. Matanya setengah tertutup karena sedang berkedip―selagi mulutnya terbuka sedikit.

"Jelek banget. Ew."gerutu Atha yang ditanggapi gelak tawa keras oleh Nara. Membuat beberapa orang di sekitar mereka melirik keduanya tajam. Seorang diantaranya bahkan memperingati Nara agar tidak berisik di dalam perpustakaan.

Nara kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku jeansnya lalu bertopang dagu diatas meja. Matanya memperhatikan Atha yang mulai mencatat lagi dalam diam. "Tha,"

"Mm?"

"Masa ya, dulu ada orang yang pernah ngomong ke gue."

"Ngomong apa?"tanya Atha kemudian.

"Dia pernah bilang sekali ke gue, katanya, 'kita nggak akan pernah tahu kapan terakhir kali kita ngelihat seseorang. Karena mungkin aja besok atau lusa, dia yang selalu ada buat lo, selalu senyum ke lo―pergi selamanya.'"Nara memberi jeda. "Makanya gue pengen mengabadikan foto-foto orang disekitar gue."lanjutnya.

Atha menghentikan aktifitasnya sebentar. Melirik Nara yang mendadak melankolis duduk disampingnya. "Kesambet setan mana lo?"gurau Atha beberapa saat setelahnya.

Nara menggerutu dan menoyor kepala Atha pelan.

Siang itu, tepat dua minggu sebelum Nara kecelakaan. Hari terakhir Atha melihat dia tersenyum sambil memainkan ponselnya.

》》》

Atha terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Keringat bercucuran dari dahinya sementara pandangannya sedikit kabur karena matanya berkaca-kaca. Begitu terbangun, Atha mendapati Faust yang sedang membaca buku ditangannya dengan kacamata bulat dipakai dipangkal hidungnya. Makhluk itu langsung menoleh kearah Atha tepat setelah dia bangun.

Sinar mentari samar-samar masuk melalui celah tirai. Untuk beberapa saat Atha mengira semua yang dialaminya semalam hanyalah mimpi―sampai keberadaan Faust menyadarkan Atha kalau perempuan itu tidak hanya sekedar bermimpi.

Replaying UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang