[47] Empat puluh tuju 🦢

32 18 11
                                    

Setelah ashar sekitar pukul empat sore hujan deras mengguyur Jakarta Utara, ribuan air seakan berlomba lomba untuk segera jatuh ketanah, warna jingga di langit tertutup awan hitam seakan akan langit paham kondisi Kia, hujan yang katanya teman Kia itu akan menemaninya untuk mencari sebuah kepastian.

Jalanan sekitar kini basah kuyup, banyak genangan air disana sini namun tidak membuat Kia menyerah dirinya tetap berjalan kearah rumah yang sering dijadikan tempat perkumpulan Abian dan teman temannya, tidak peduli kebayanya sudah sebasah apa dan langkahnya semakin terasa berat.

Make up yang mempercantik wajahnya mulai luntur diusap air yang turun dari langit, bagaikan awan yang tak mampu membendung  air didalam tubuhnya rintikan hujan kian menambah besar dan cepat. Ada tangisan yang tak mampu dilihat dibawah guyuran air hujan seseorang takkan mampu memprediksi bahwa yang turun bukan hanya air dari langit namun air dari mata juga turun melengkapi basahnya bumi.

"Kenapa? Kenapa harus ada yang hilang?" Ucapnya lirih sembari mengusap wajahnya

"Kia, ayo pulang" teriak Naura dari dalam mobil, sepertinya Naura sengaja mengikuti Kia

Dalam tangis ditengah hujan deras gelengan kepala Kia terlihat, Kia menolak ajakan Naura dirinya kini berdiri di depan rumah itu, "Kak, keluar kasih aku alasan kenapa kita putus?" Teriak Kia suara teriakannya mampu mengalahkan suara gemericik air hujan.

"Yan, mata Lo masih sehat kan? Kia kehujanan didepan" ucap Ucup memberi tau Abian, Abian dari tadi hanya berdiam diri sembari menatap Kia dari dalam melalui jendela

"Suruh pulang, gue bukan siapa-siapa dia" jelas Abian dengan mata yang lelah dan suara dinginnya

Ucup membuka pintu rumah dan mendekat kearah Kia sembari membawa payung, "Kia pulang ya? Aku anter" ucap Ucup pelan, Kia menggeleng

Kia mendorong tubuh Ucup beserta payung yang Ucup bawa, "gue gak butuh payung, kasih tau kak bian gue bakal nunggu dia keluar buat temui gue, mau di sini hujan deras bahkan badai gue tetap berdiri disini" jelas Kia dengan penuh penekanan

"Lo bisa sakit Kia"

"Kenapa lo khawatir in gue kak? Biarin gue disini!!"

Rasanya Ucup ingin mendorong tubuh Abian agar menemui Kia, lihatlah sekarang Kia duduk diatas tanah yang sebelahnya terdapat genangan air, kebaya cantik itu semakin terlihat lusuh dan wajahnya cantiknya mulai menampakan kelelahannya, "keluar bego, lo anjing" bentak Ucup membuka teman temannya yang lain berlari kearah mereka.

"Lo gak punya hak ikut campur cup!" Bentak balik Abian

"Kia? Yan Kia Yan!" Ucap Ziko dengan wajah panik, Ziko keluar ingin menemui Kia namun lengannya ditarik Abian

"Ngapain? Biarin dia disana, dia gak akan kuat bertahan lebih lama lagi" ucap Abian

Seperti Abian benar benar lupa bahwa hujan dan Kia saling terlibat, dimana ada hujan pasti dibawah pohon akan ada Kia, terhitung sudah dua jam Kia berada di atas guyuran hujan namun dirinya masih tetap duduk dan menampakkan senyum lelah diwajahnya.

"Kak, kalo kamu gak mau temui aku dan kasih penjelasan. Aku pastikan hari ini, hari terakhir kamu liat aku" teriak Kia, terdengar suara petir ketika Kia selesai mengucapkan ucapnya, sepertinya langit menyetujui ucapan Kia.

Jantung Abian seperti hendak lompat dari tempatnya, "ya Allah, lindungi Kia di manapun dia berada, jauhkan marabahaya yang akan menghampirinya, sesungguhnya hanya engkau yang tau kebenaran rasa yang ada dihati hambamu ini" ucapnya dalam hati, matanya menatap Kia dengan rasa bersalah, ingin menemui namun itu akan membuat Kia semakin sakit.

"Gue gak tau ada apa sama lo, tapi jangan buat diri lo nyesel dikemudian hari" ucap Ravael, menepuk pundak Abian pelan lalu pergi

Teman teman Abian mulai kembali ketempat semula, termasuk Ucup lagi pula saran dan pendapat mereka tidak akan didengarkan Abian, biarkan rasa penyesalan menemui Abian, "Kia, pulang ya, kamu udah empat jam disini, kasian tubuh kamu Kia" ucap Naura yang berdiri di samping Kia sembari memayungi tubuh Kia.

Abian not the main character [End]Where stories live. Discover now