[40] Empat puluh 🦢

50 29 16
                                    

Masalah tidak bisa di hindari, mau sejauh apa kita berlari masalah akan tetap mengikuti kita dari arah belakang, samping kanan kiri bahkan depan, di awal tahun Kia di sambut dengan masalah pertemanan, lagi dan lagi pertemanan.

Rasanya Kia ingin cepat lulus dan pergi meninggalkan sekolah beserta kota jakarta ini, nyatanya pisau yang terancam tepat sasaran di sebabkan oleh orang terdekat, orang terdekat yang selalu mengulurkan tangannya di kala malam gelap datang, orang terdekat yang menjadi tempat untuk bercerita.

Suasana kelas dua belas IPA satu sangat ramai, di depan papa tulis tepatnya di barisan kedua Kia di kelilingi teman teman kelasnya, sorot mata tajam, api amarah dan rasa kecewa tersirat di manik mata mereka.

"Tanpa sadar lo ngesahut gue sama Levina buat benci sama mereka, paham gak!" Ucap Leona dengan nada bicara tinggi dan sorot mata tajam

"Lo yang gibah in gue? Bilang kalo gue boros dan lain sebagainya, ngaku aja" kini giliran Oliv yang angkat bicara

"Mau gue pacaran sama siapapun itu bukan urusan lo Kia, pacar gue asli atau cuma haluan gue lo gak seharusnya ikut campur" ucap Sonya dengan nada bicara santai

"Kita semua udah tau busuknya Lo, dari Leona dan Levina tentunya" jelas Aqila yang ada di sebelah Sonya

Kia berdiri, menatap Leona dengan sendu, "dari dia?" Tunjuk Kia pada Leona yang berdiri tepat di hadapan Kia

Kia mengambil nafas panjang lalu membuangnya dengan perlahan, menetralkan detak jantungnya agar tidak gugup, "lo bongkar kartu AS gue, balesan apa yang pantes buat lo?" Tanya Kia dengan nada bicara pelan dan tatapan mata kosong, saat itu Leona tidak hanya diam mendengarkan ocehan Kia tentang Sonya, Leona juga turut menambah komentar pedas tentang Sonya, kala itu dia membicarakan tentang Sonya yang sangat terlihat sombong dan terdengar gosip pacarnya Sonya yang ternyata tokoh fiksi yang dibuat nyata ataupun memang pacarnya ada namun kurang bukti yang jelas untuk menyakinkan orang orang disekitarnya.

Levina mendekat kearah Kia lalu mendorong tubuh Kia hingga terjatuh di lantai, "sebelum lo bales Leona, langkahin tubuh gue" ucap Levina penuh penekanan.

Kia berdiri mengejar Leona dan Levina yang pergi begitu saja tanpa menjelaskan sesuatu padanya, "Apa yang lo denger dari Oliv dan teman temanya?" Tanya Kia, berusaha menarik tangan Leona namun gagal.

"Dulu lo bilang ke mereka, lo ngasih uang ganti rugi sebesar satu juta buat gue? Padahal lo cuma ngasih empat ratus ribu, pinter ngibul ya Lo" ucap Leona sengit.

Kia paham, kearah mana pembicara ini berlangsung, "gue cerita ke Erse emang gitu na, tapi gue gak cerita gimana akhirnya, gue cuma cerita kalo gue berencana ngasih uang satu juta buat ganti rugi sepatu lo meskipun akhir gue cuma ngasih empat ratus" jelas Kia dengan suara lesu, energinya terkuras sehingga tubuhnya terasa lemas dan lesu.

"Gue gak butuh penjelasan lo dan, seharusnya lo lebih berhati hati untuk bercerita, gue kecewa sama Lo" jelas Leona lalu beranjak pergi.

Dulu, sewaktu kelas sepuluh Kia tidak sengaja menghilangkan sepatu Leona tepatnya saat mereka pulang malam dan Leona menitipkan sepatunya ke Kia namun di pertengahan jalan sepatu Leona jatuh dan tidak ditemukan meksipun sudah di telusuri, Kia dan Naura memilih iuran untuk mengganti uang sepatu Leona kebetulan saat itu Naura yang membawa motor dan Kia yang membonceng.

Rencananya Naura dan Kia patungan sebanyak satu juta satu juta untuk mengganti, di akhir cerita Levina mengembalikan sisa uang Naura dan Kia Levina tidak mau kedua temanya menganti begitu banyak untuk sepasang sepatu yang telah hilang.

Kia masuk kedalam kamar mandi disusul Naura, di dalam kamar mandi Kia menangis sejadi jadinya ternyata omongan Kia dan Naura di bongkar oleh Levina dan Leona, mereka membocorkan apapun yang mereka ingat sewaktu Naura dan Kia membicarakan Oliv dan teman temannya di belakang.

Abian not the main character [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora