[17] Tujuh belas 🦢

103 88 2
                                    

'Terimakasih kenangan indah untuk tuju belas tahunnya'

Typo bertebaran harap maklum, kalo ada typo langsung komen ya cintaku

💌💌💌💌

Hari ini hari ulang tahun ku yang keenam belas, aku tidak mengharapkan apapun kecuali hidup lebih lama lagi di dunia yang menjadi tempat hukuman bagi nabi Adam dan hawa.

Hari ini sedikit berbeda bukan karena hari ulang tahun ku tapi ada hal lain yang seharusnya tidak terjadi, sampainya di kelas aku duduk di bangku Aulia teman sekelas ku mendekat dan melihat kearah wajahku "Eh kamu kenapa?" Ucap Aulia, ia langsung memeluk tubuhku, aku melanjutkan tangisan ku di pelukan Aulia keadaan kelas untungnya masih sepi Aulia menarik ku kearah kamar mandi yang ada di depan kelas.

Aulia kembali memelukku dengan erat dan membisikkan sesuatu ke telingaku "lanjutin nangisnya, setelah selesai cerita ada apa" bisik Aulia. Kebetulan aku dengan Aulia cukup akrab, saat itu Aulia selalu cerita tentang pacarnya yang kini menjadi mantannya.

"Mereka semuanya diem in aku dari hari Senin, padahal Aqila, bela, Karina setuju sama aku buat ngasih tau ke Wikan kalo cowoknya gak baik" ucap ku dengan keadaan menangis di pelukan Aulia

"Kamu udah coba tanya ke Aqila?"

"Aku tanya respon dia cuek"

"Udah, gak usah di pikir in. Temen kamu bukan cuma mereka kia" jelas Aulia

Setelah selesai menangis di kamar mandi aku kembali duduk di bangku, hari ini mapel pertama fisika semoga saja air mata ku habis dan tidak akan menangis di hadapan guru.

Di pertengahan pelajaran guru memanggil ku untuk maju mengumpulkan tugas, Bu warni menatap pekerjaan ku dengan intens "Kenapa hasilnya bisa segini?" Tanya Bu warni

"Dari perkalian dan pembagian ini Bu" jelasku

"Salah kerjakan ulang " tegas Bu warni lalu aku meneteskan kembali air mata ku di depan Bu warni, nyatanya sekolah dengan mood yang berantakan tidak sangat di sarankan.

Hari yang seharusnya membuat ku bahagia dan bersyukur karena masih bisa hidup sampai sekarang menjadi hari yang paling aku benci sampai kapanpun aku meminta untuk tidak mengulangi kejadian di hari ini, kelima teman ku yang melihat aku menangis di depan hanya diam dan saling tatap mereka tidak mendekati sampai jam sekolah selesai.

Naura, Levina dan Leona memeluk tubuhku secara tiba tiba dan menutup mata ku dengan tangan Levina "Hitungan ketiga buka matanya ya" jelas Leona

Pandangan yang pertama kali aku lihat wajah Naura yang bahagia dan kue yang ia pegang "Happy sweet seventeen, Zavankya Tabina Negredo" ucap mereka bertiga dengan kompak dan senyum ketulusan

"Makasih ya, kalian seharusnya gak perlu repot repot" ucapku dengan air mata yang kembali menetes untuk ke empat kalinya mungkin.

"Meskipun ulang tahunnya gak semanis yang seharusnya tapi percaya deh kue ini manis" jelas Naura, mereka bertiga sudah mendengar cerita ku dengan kelima temanku

"Terimakasih banget deh"

Levina, Leona dan Naura setelah menyerahkan kue dan berfoto bersama mereka pulang, Naura seperti biasanya di jemput sopirnya sedangkan aku menaiki motor beat ku, aku mulai menjauh dari gerbang belakang.

Dari warung depan ada beberapa gerombolan cowo dengan seragam batik yang masih terpasang pada tubuhnya, aku berhenti menghentikan motorku tepat di samping warung itu. Aku mendengar suara Seseorang yang tidak asing di telinga ku, suara yang aku rindukan dan pastinya pemilik suara itu orang yang sangat aku sayangi.

"Welcome to the new age" ucap seseorang itu dari samping motor ku, aku melirik dari kaca spion motor dan langsung memeluk tubuh orang itu.

"Makasih" ucapku dengan air mata yang kembali metes lagi dan lagi

Abian not the main character [End]Where stories live. Discover now