Bonus Chap - I

1.8K 198 15
                                    

"Aaaa sayaaaangggg"




























Lisa segera menepuk-nepuk pelan kedua pipi Jennie, memang keduanya tertidur karena kelelahan dan mereka sudah hampir 8 jam di dalam jet pribadi keluarga Manoban. Kekasihnya sedari tadi berteriak bahkan menangis dalam tidurnya, air mata dari mata kucing Jennie yang terpejam itu luruh begitu saja juga keringat yang semakin banyak.

"Hey, babe bangun. Aku disini bersamamu, apa yang kamu mimpikan sampai-sampai kamu menangis dan berteriak seperti ini?"

Berkali-kali Lisa mencoba untuk membangunkan sang kekasih, namun entah kenapa kali ini Jennie begitu sulit dibangunkan. Sampai akhirnya ia mengecup lembut kedua mata Jennie dan turun pada bibir mungil Jennie.

"Sayang, Lisaaaaa!!" panik Jennie yang seketika memeluk erat tubuh Lisa.

"Kamu hanya bermimpi" bisik Lisa sambil mengusap lembut punggung Jennie.

"Aku takut, aku mau turun dari jet ini Li. Kita akan mati jika terus berada disini, ayo kita segera pergi Li, ini berbahaya" lirih Jennie dengan paniknya, ketika ia berhasil membuka matanya.

"Hey, kita baik-baik saja. Kamu hanya bermimpi sayang, sudah ya. Lebih baik kamu tidur lagi, aku akan menjagamu dan memastikan bahwa jet pribadi Papah ini baik-baik saja"

"Peluk dan jangan lepaskan" pinta Jennie yang dibalas anggukan kepala oleh Lisa.

"Mimpi itu sangat mengerikan, aku tidak mau memimpikan hal seperti itu lagi!" kesal Jennie, bahkan ia menyalurkan rasa kesalnya dengan menggigit gemas bahu kanan Lisa.

"Memangnya apa yang kamu mimpikan, hum?" tanya Lisa begitu lembut.

"Jennie tidak mau menceritakannya pada Lisa, itu sangat menyeramkan dan jangan ingatkan Jennie pada mimpi itu!"

Lisa terkekeh gemas, ia pun mengecup mesra pucuk kepala Jennie dan mengusap pipi mandu itu dengan lembutnya.

"Seharusnya kamu tidak melepas pelukanku, jadi mimpi buruk itu datang padamu kan?" kekeh Lisa yang dibalas cubitan pedas dari Jennie.

"Ish, aku saja tidak tahu kalau pelukan kita terlepas!" kesal Jennie sambil mengerucutkan bibirnya.

Lisa tersenyum, lalu ia dengan sengajanya memencet ujung hidung Jennie sehingga wanita berpipi mandu itu merengek kesakitan.

"Ihhh sakit, kenapa hobi sekali memencet hidungku sih!"

"Gemas"

"Tapi kan sakit ihhh"

Jennie mengusap-usap hidungnya sampai memerah, Lisa dibuat tertawa karena tingkah Jennie yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Beberapa jam lagi kita akan segera tiba di Swiss, apa kamu senang?" tanya Lisa begitu ia menatap kearah Jennie yang ternyata juga tengah menatapnya.

"Hum, tentu saja. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu kedua orang tuamu. Apa mereka akan menyambutku dengan baik? Aku takut mereka tidak menyukaiku, sayang" ujar Jennie.

"Mereka pasti akan sangat menyukaimu sayang, percaya padaku"

"Tapi bagaimana jika tidak? Kamu tidak akan meninggalkanku begitu saja kan, Li?"

Mata kucing itu tersirat akan kekhawatiran juga ketakutan dalam sorot matanya, pada Lisa. Bagi Jennie, Lisa adalah kebahagiaannya dan Lisa adalah alasan untuk dirinya tetap melanjutkan hidup.

Lalu bagaimana jika Lisanya pergi begitu saja dalam hidupnya? Apa kehidupannya akan terus dipenuhi oleh kebahagiaan atau malah sebaliknya? Ia tidak akan bisa membayangkan hal tersebut untuk sekarang dan seterusnya, karena ia berharap Lisa akan tetap terus memilihnya dan terus bersamanya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, bagaimana bisa aku meninggalkanmu begitu saja? Tidak mungkin bagiku meninggalkan seseorang yang begitu ku cinta. Aku juga tidak akan semudah itu melepasmu, karena kamu sudah memiliki tempat tertinggi dihati juga pikiranku sayang"



🌼____🌼____🌼


Pemandangan yang begitu asri juga menyejukkan, membuat Jennie langsung terpikat pada kota Bern yang memang menjadi kota terkenal di Swiss. Senyumnya sedari tadi tidak pernah hilang bahkan Lisa, juga dibuat ikut tersenyum karena melihat Jennie begitu bahagia.

Tak jarang supir keluarga Lisa yang sudah berumur itu, melirik pada kaca diatasnya dan ikut tersenyum kecil. Ini pertama kalinya ia melihat wajah nona mudanya begitu bahagia dan berseri.

"Berapa hari kita disini, boo?"

"Hum, seminggu. Apa kamu menyukai kota ini?"

"Ya aku menyukainya, meskipun aku lebih menyukaimu hehehe"

Lisa ikut tertawa sambil mencubit gemas pipi kanan Jennie, tak ada ringisan kesakitan malah yang ada Jennie ikut membalas apa yang Lisa lakukan padanya. Hingga ia pun mengecup kilat ujung hidung Lisa, sampai-sampai Lisa terdiam kaku dengan matanya yang berkedip berkali-kali.

"Kita bahkan pernah lebih dari sekedar aku mengecup ujung hidungmu, Li" bisik Jennie dengan nada rendahnya.

Lisa mencoba merilekskan kembali tubuhnya, kini ia mulai menyenderkan punggungnya kebelakang dan menatap ke kaca samping sambil menahan senyumnya. Jennie benar-benar berbahaya bagi kesehatan jantungnya.

"Kenapa? Apa ucapanku salah?" goda Jennie dengan mencondongkan tubuhnya pada Lisa, ia juga menaruh dagunya di bahu kiri milik Lisa.

Lisa menoleh hingga keduanya kini saling bertatapan, Jennie masih dengan senyum menggodanya sambil memainkan poni Lisa yang sedikit dibiarkan terbuka secara acak itu. Namun, ia tersentak saat Lisa mencium bibirnya begitu saja. Jujur ia sedikit malu, karena tidak ada sekat antara mereka dengan supir keluarga Lisa.

"Untuk soal ini, kamu tidak akan pernah bisa mengalahkanku sayang" ujar Lisa dengan smirk miliknya dan jangan lupakan tangannya yang mulai terulur, untuk menyentuh lembut pipi mandu Jennie.

"Ayo turun, kita sudah sampai sayang" bisik Lisa saat supir keluarganya sudah memberhentikan mobilnya tepat di kediaman Manoban.

Jennie menghembuskan nafasnya kasar, ia juga mencubit gemas perut Lisa berkali-kali. Ia tak peduli jika kekasihnya itu meringis kesakitan.

"Awww sshh sayaang sakiiit~" rengek Lisa sambil menahan kedua tangan Jennie, lalu ketika Jennie berhenti ia pun dengan cepat mencium kembali bibir Jennie dan bergegas keluar dari mobil.

Jennie rasanya ingin meninju wajah Lisa secara telak, kini ia merasa canggung dengan pria berumur di depannya, ia hanya bisa tersenyum kikuk dan mengucap terimakasih sebelum akhirnya ia keluar untuk menyusul Lisa.

"Yak Lalisa! Kenapa kamu tidak mas—"

"Mamah?" bingung Jennie ketika ia melihat Yura, sang Mamah tengah duduk bersama keluarga Lisa.

"Apa ini Jennie anakmu Yura? Ya ampun dia begitu cantik, aku tidak akan salah untuk menjodohkannya dengan anakku, Lisa"











~TBC~



KALIAN KENA PRANK CIEEE SELAMAT YAA

SUMPAH SERAPAH KAMI PERSILAKAN HEHE

gimana bonus chap I nya plot twist sekali bukaaaan???

My Play Girl (End) Where stories live. Discover now