15. Perkara Telepon

4.7K 615 17
                                    

Sedari tadi hingga sekarang, Lisa masih berada di dekapan hangat Jennie. Gadis tinggi bermata hazel itu benar-benar menunjukkan rasa sedihnya yang selama ini tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun. Kecuali, Jennie.

"Lo gak di apa-apain kan sama dia?!" ujar Lisa serak.

"Enggak, aku gak di apa-apain kok sama dia"

"Kenapa bisa putus?"

"Dia memilih wanita lain disaat aku masih menjadi kekasihnya waktu itu"

"Dia pria brengsek, lo gak seharusnya menjalin hubungan dengannya dulu. Seharusnya gue datang lebih awal di kehidupan lo, Jen"

Hati Jennie menghangat mendengarnya. Ia pun mengusap sayang tengkuk leher Lisa lalu naik sampai ke kepala. Senyumnya pun terukir indah, hanya untuk Lisa.

"Tapi, kamu datang di waktu yang tepat sayang. Kamu datang disaat aku membutuhkan obat untuk menyembuhkan lukaku ini. Kamu tidak terlambat sayang" lembut Jennie.

"Dia pembunuh, J" lirih Lisa dengan tatapan sendunya.

"Kalo kamu belum siap untuk cerita, gak papa kok. Besok-besok aja yah disaat kamu sudah merasa tenang" Lisa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kate, dia sepupu gue. Umurnya hanya berbeda 1 tahun lebih muda dari gue. Tante gue selalu cerita banyak hal tentang Kate saat gue masih di Swiss. Gue gak tau persis kejadian aslinya seperti apa. Tapi yang jelas Kate hamil dan Jooyeon tidak ingin bertanggung jawab" ujar Lisa, lalu Jennie membawa kepala Lisa untuk bersandar di bahu kanannya.

"Dia yang menjadi alasan gue balik ke Seoul. Karena gue ingin membalas apa yang sudah Jooyeon perbuat ke sepupu gue. Gue mau dia mati, gue mau dia mempertanggung jawabkan perbuatannya, J"

Jennie mengusap sayang punggung Lisa dan sesekali ia mengecup lembut pelipis kepalanya.

"Dia memang manusia paling bejad di dunia ini. Dia bahkan hampir pernah memperkosaku dulu"

Lisa segera menegakkan tubuhnya dan menatap penuh tanya kearah Jennie.

"Aku baik-baik aja. Jisoo dan Hoyeon datang tepat waktu saat itu" jelas Jennie dengan mengusap sayang pucuk kepala Lisa.

"Wak—"

"Ssttt, gak usah cerita. Gue gak mau buka luka lama lo" ujar Lisa sambil menaruh jari telunjuknya di bibir Jennie dan mata keduanya saling beradu pandang.

"Sayang" panggil Jennie begitu saja.

"Hmmm?" balas Lisa sedikit tersenyum.

"Jooyeon dan Daniel gak akan berbuat macam-macam ke aku kan?" tanya Jennie tiba-tiba.

"Ada gue" hanya itu yang keluar dari mulut Lisa.

"Tapi kalau nanti di—"

"Gak boleh overthingking" sela Lisa menyentil pelan kening Jennie.

"Yaudah mau peluk aja kalau gitu" pinta Jennie dibalas kekehan lucu oleh Lisa.



🌼____🌼____🌼



2 bulan kemudian....

"Hubungan lo sama si Lilis masih belum ada kejelasan Jen?" tanya Hoyeon saat mereka semua berkumpul di sebuah Cafe.

"Dia pernah nembak gue waktu itu" jawab Jennie sambil senyum-senyum tak jelas.

"Terus....."

"Gue terima lah!!"

Jisoo memutar kedua bola matanya malas. Sudah tau Jennie bucin akut kepada Lisa ini malah dikasih pertanyaan kayak gitu, hufftt. Dasar Doyeon.

"Berarti kalian udah pacaran dong?"

"Heum" ujar Jennie malas.

"Demi apa?! Kok lo diem-diem bae Jen!" kesal Doyeon.

"Lah orang gue pacarnya dalam mimpi" ujar Jennie sambil tersenyum kikuk.

"Yeee, dasar Jubran. Bilang kek kalo itu cuma hayalan lo!!!"

"Mungkin gak sih kalo ini karma lo Jen?" celetuk Rose membuat mereka menatap penuh tanya kearah Rose.

"Itu lho guys, kan Jennie dulu sering banget mainin hati orang-orang nah sekarang gantian jadi dia yang dimainin sama Lisa" jelas Rose.

Jennie mengerucutkan bibirnya. Ia tak percaya jika Lisa hanya ingin main-main padanya. Selama ini apa yang Lisa lakukan dan Lisa perbuat kepadanya benar-benar tulus dari hati. Jadi ia tak akan percaya dengan apa yang baru saja Rose katakan.

"Coba lo telepon Lisa deh Jen. Kalo dia langsung angkat berarti dia emang serius sama lo" ucap Jisoo.

"Dih? Kalo Lisa gue lagi poop atau lagi pee gimana?!" kesal Jennie.

"Gue yakin sih gak bakal diangkat" kompor Hoyeon.

"Ihhhh, kalo sampai Lisa angkat awas aja kalian semua!!!"

Jennie kemudian mengeluarkan ponsel miliknya. Ia kemudian mencari nomor ponsel Lisa dan segera memencet tombol hijau.

📞 : TUT~

Panggilan pertama tapi belum ada tanda-tanda Lisa menjawabnya.

📞 : TUT TUT TUT~

Tak diangkat, Doyeon mengeluarkan smirknya menggoda Jennie. Bahkan semua sahabatnya melakukan hal yang sama seperti Doyeon.

"Kita kasih 3 kali percobaan. Jadi lo punya 2 kesempatan terakhir Jen" kata Hoyeon dengan alisnya yang naik turun.

Jennie pun menganggukkan kepalanya setuju. Mungkin saja saat ini Lisa tengah tertidur ataupun mungkin makan di lantai bawah dan lupa untuk membawa ponsel. Yap, dia harus positive thinking.

📞 : TUT~

Sama, Lisa masih belum juga mengangkat panggilnya. Sampai akhirnya ini adalah kesempatan terakhirnya.

"Gak diangkat berarti fix banget kalo Lisa tuh gak serius sama lo" goda Rose.

"Emangnya tingkat keseriusan seseorang harus dilihat dari dia yang tepat waktu mengangkat telepon?!" marah Jennie bahkan ia juga mengebrak meja didepannya.

"Ehhhh, santai Jen. Mending lo coba telepon lagi" lembut Jisoo dengan mengusap lembut bahu kiri Jennie.

Dengan malas Jennie memencet tombol hijau di layar ponselnya. Semoga saja Lisa mengangkat panggilannya.


📞 : TUT~


📞 : "Halo sayang, maaf baru bangun"


DEG


Jantung Jennie berdegub kencang. Lisa mengangkat panggilannya. Dengan suara serak khas bangun tidur dan itu benar-benar membuat Jennie merona. Ia, malu.

Bahkan semua sahabatnya membulatkan kedua bola mata mereka tak percaya. Mendengar husky voice milik Lisa yang baru saja bangun dari tidurnya.







🌼____🌼____🌼








TBC🌼☁️

My Play Girl (End) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant