he feel first, she feel harder

16.9K 858 56
                                    

Aku bisa melihatmu bersedih, tersenyum dan tertawa, aku bisa melihat itu semua  di matamu, dan aku menyadari, jauh di dalam dirimu, bahwa kamu ingin menangis.

Karna kamu takut, saat aku tak ada di sana

Rebecca terdiam, ia menggeleng cepat, menarik rambutnya kasar seperti orang kesetanan. "GUE GAK NGAPA-NGAPAIN DIA ANJING!" histeris Rebecca terlihat kelimpungan.

"Ayo kabur!" dengan cepat Derell menarik tangan Rebecca untuk keluar dari rumah itu. Meninggalkan Gianna dengan sekaratnya.

Derell membawa lari Rebecca, tapi sebelum itu mereka sempat tersentak kala mendengar suara hujan semakin deras bersamaan dengan petir besar yang menyambar. Bersaamaan dengan itu pula lampu di rumah itu mati, hanya lampu teras yang hidup, mungkin karena
lampu itu adalah lampu otomatis.

Derell berlari dengan Rebecca menembus hujan dengan mengandalkan sedikit cahaya, lalu pergi dengan satu
mobil yang tersisa di sana.

"Sialan!" umpat Derell mengemudi mobil itu sangat kencang. Niatnya mengikuti Rebecca padahal ingin membalaskan dendamnya pada Kendrix lewat Gianna, tapi Rebecca malah mengambil alih yang membuat rencana mereka hancur, dan juga awalnya mereka memang akan membawa pulang Gianna dengan rasa malu perempuan itu, tapi ternyata semuanya sudah hancur, nasib Derell, masa depan Rebecca, dan nyawa Gianna.

***

Kendrix memarkirkan motornya di halaman rumah besarnya, ia mengernyitkan dahinya ketika melihat mobil Sang Ayah baru saja datang memasuki pekarangan rumahnya, karna tak biasa ia melihat Vahero pulang sesaat setelah mata hari terbenam, biasanya Vahero akan pulang di jam 9 malam.

Kendrix berlarian pelan menembus hujan yang kembali datang dengan derasnya, setelah meninggalkan Gianna sendirian di gedung tadi, Kendrix sempat pulang ke rumah untuk berganti pakaian, lalu kembali pergi lagi ke gedung itu. Saat sampai di gedung itu ia sudah tak melihat Gianna di sana lagi, mungkin perempuan itu sudah pulang, maka ia memilih mengistirahatkan diri di gedung itu hingga larut malam, sayangnya hujan kembali datang dengan deras, yang membuat Kendrix bisa pulang sehabis matahari terbenam.

Kendrix langsung pergi memasuki kamarnya. Saat dirinya ingin memasuki kamar mandi, ia mendengar dering telfon dari ponselnya yang ada di atas nakas, ia mangambil ponsel yang memang tak ia bawa tadi karna lupa, lalu segera menerima telfon dari Wergan.

"Kenapa?" tanya Kendrix.

"Baru sekarang diangkat! Kalau gak gue telfon lagi mungkin lusa lo sadar gue nye pam!" ujar Wergan di sebrang sana.

"Kenapasih?" tanya Kendrix cepat, pasalnya tak biasa Wergan menyepam telfon seperti ini.

"Lo dimana sekarang?" tanya Wergan cepat.

"Gue baru sampe rumah, kenapa?" tanya Kendrix.

"Jadi gue tadi sore ke rumah lo buat promosiin vape desain terbaru gue, eh kata pembantu di sana lonya enggak ada, tapi gue sempet ngintip di dalem rumah lo lagi ada Rebecca, Derell sama Bokap lo lagi bicara di ruang keluarga, Anjir gue kaget dong, mereka ngapain di sana anjir? Dan lo kemana?" tanya Wergan cepat.

Kendrix tersentak. "Anjing ngapain dia ke rumah gue!" sergah Kendrix lalu menutup telfonnya cepat.

Ia berlalri menuju Ruang kerja Ayahnya, dengan cepat Kendrix membuka pintu ruang itu. Memperlihatkan Sang ayah yang tengah membuka Jas nya yang sedikit basah.

"Tidak sopan kamu Kendrix! Membuka pintu tanpa meng-"

"Ngapain Rebecca sama Derell ke sini?" tanya Kendrix cepat.

Beautiful Tattoo (COMPLETED) + (REVISI)Where stories live. Discover now