CHAPTER 40

18.1K 946 69
                                    

Dengerinn lagunya sembari membaca part ini! Agar kalian bisa merasakan rasanya jadi Bintang, Wergan, dan Leon.

Saat raga Kendrix sudah tidak terlihat lagi, Wergan, Bintang dan Leon dengan lama menatap Gate 109 yang Kendrix lewati untuk pergi.

Mereka pun berbalik, segera untuk kembali pulang.

Tak ada satupun dari mereka yang berbicara, lantaran terlalu hanyut saat merasakan pilu karena kejadian beberapa menit yang lalu.

Namun langkah mereka terhenti kala mendengar suara langkah kaki seseorang yang berlari kencang ke arah mereka.

Leon menatap orang itu terkejut. "Udah lah, gue gak bisa kalau gini, gue gak sanggup jelasinnya," lirih Leon menghadapkan dirinya ke belakang.

"Gianna," panggil Wergan pelan pada sosok perempuan di hadapan mereka sekarang.

Sedangkan Gianna membuka mulutnya tak menyangka, dengan mata yang sudah berair, ia menggelengkan pelan kepalanya, mencoba tak mempercayai apa yang ia lihat.

Gianna ternyata bisa sampai kesini. Semesta punya cara untuk setiap momen agar dijalani.

Sebelum itu ternyata Bang Lian lebih memilih ke Acara tunangan temannya itu sendirian, jadilah Gianna memilih pergi ke Sekolah, tapi di sekolah ia malah di chat oleh Nadine bahwa Leon menemani Kendrix di Bandara.

"Kalian ngapain disini? Nganter siapa?" lirih Gianna pelan, tak urung air matanya turun membasahi pipinya.

"Siapa yang mau pergi? Kok pada sedih? Kok k-kalian u-udah mau pulang?" tanya Gianna dengan suara getarnya, awalnya ia ingin mencoba berpikir positif, tapi melihat raut ketiga orang didepannya ini, benar-benar menusuk Gianna.

Ketiga laki-laki itu berdiri dengan gelisah mendengar suara gemetaran yang tak bisa perempuan itu tahan lagi.

"Gianna," lirih Bintang, ikut bersedih.

Gianna mendekat ke arah mereka bertiga, perempuan itu berhadapan dengan Leon.

Dengan cepat Gianna mencengkram kerah Leon. "APA-APAAN INI LEON?! GUE TANYA NGAPAIN LO BERTIGA DISINI?! NGAPAIN KALIAN DISINI?!" sergah Gianna dengan isak tangisnya yang pilu.

Wergan menggeleng kuat sembari mencoba melepaskan cengkraman Gianna pada kerah Leon. "Gi stop, Gi!" sergahnya.

Gianna terdiam, ia menatap Wergan. "Wer, beneran? K-Ken beneran pindah?"

Tak mendapat jawaban dari Wergan, Gianna menatap Leon dan Bintang, sayangnya mereka berdua pun diam, membuat perkiraan yang ia takuti, benar-benar nyata."G-Gak mungkin," lirihnya pasrah. Gianna menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, ia menangis pilu, menangis atas apa yang sedang terjadi, dipaksa bersedih untuk merelakan.

"Kenapa harus bohongin gue? Lo kenapa gak bilang dari awal kalau Ken mau pindah? Kenapa harus sembunyiin ini semua dari gue?!...Kenapa diem...Jawab gue..." sergah Gianna kembali terisak.

"Jahat banget...Kalian jahat banget," lirih Gianna dengan isaknya.

"Gianna maaf. Ken sendiri yang bilang gak boleh kasih tau lo," jelas Leon, sungguh berat rasanya ia mengatakan ini.

Gianna menggeleng pelan. "D-Di mana dia sekarang? Dia belum flight kan? Di mana dia? Gue pengen ketemu dia bisa kan?" ujar Gianna cepat.

Leon menggeleng pelan. "Dia udah flight dua puluh menit yang lalu," ujar Leon sembari melihat ke arah jendela besar yang menampilkan sebuah pesawat yang sangat indah berpacu semakin naik ke langit.

Gianna menggeleng pelan, ia merosot ke lantai, kakinya melemas seiring rasa tak siap menghujam jantungnya, isaknya terdengar kembali.

Benarkah ini akhirnya? Apakah ia rela? Apakah Gianna kembali kesepian?

Beautiful Tattoo (COMPLETED)Where stories live. Discover now