CHAPTER 20

24.3K 1K 7
                                    



Kendrix bisa melihat itu, Gianna yang memegang bahu kirinya yang penuh dengan darah yang sudah menetes kemana mana, Gianna juga sudah berlinang air mata.

Langkah Gianna berhenti ketika melihat Kendrix di dekat motornya, tangis yang ingin ia tahan pun seketika meledak ketika melihat wajah laki-laki itu.

Kendrix mendekatkan diri pada Gianna, berada di hadapan perempuan itu dengan raut Gianna yang sangat menyedihkan.

Kendrix dengan paksa menarik tangan kanan Gianna yang menutupi lukanya. "Jangan di pegang kaya gitu, nanti makin sakit," ucap Kendrix pelan, Kendrix menahan tangan kanan Gianna, ia lihat luka sayatan yang sudah terlapisi darah itu. "Kok bisa sampe kaya gini Gianna?" lirih Kendrix penuh penekanan.

Gianna terdiam sebentar, ia memajukan bibir bawahnya, dengan air mata yang semakin banyak mengalir, sungguh ia tak bisa menahan ini sendirian, ini semua sangat menyakitkan. "Sakit..." lirih Gianna dengan isakan tangisnya.

Kendrix menghela nafasnya, ia segera memeluk kepala perempuan lemah itu, perempuan yang selalu mencoba kuat tapi menahan sakit yang amat sangat berat. Biarlah kali ini Kendrix yang menjadi penyemangatnya.

"Shutt, tenang ya, sekarang kita ke rumah sakit, buat obatin lukanya," ucap kendrix mengelus kepala Gianna sambil menuntun perempuan itu ke mobilnya.

"Hiks...Sakit banget... Gue... Gue padahal tadi cuma mau ngebales dia yang udah rebut hape gue...Gue kira di jahat bener dia ternyata jahat nya banget...Di keluarin pisaunya terus kena ke tangan guee, dia ketawa... Hiks," jelas Gianna seolah olah mengadu, omongannya sampai kacau sangking perasaannya tercampur aduk, ia kesal, marah, muak, tapi ia tak kuat.

Kendrix menggertakkan giginya dengan tangan yang terkepal kuat, jika orang yang di sebut Gianna ada di depannya mungkin orang itu akan habis.

Perempuan itu Kendrix tuntun sampai masuk mobilnya. Kendrix segera menyalakan mobil untuk membawa Gianna pergi.

Gianna yang masih mengeluarkan air mata pun melihat keadaan lengannya yang sudah penuh darah. Sialan, ia benar benar membenci darah. "Ken tapi mobil lo kotor, darahnya kemana-mana, maaf ya?" ucap Gianna merasa tak enak.

"Lagi kesakitan jangan banyak gerak! Gak usah peduliin mobil gue, yang paling penting itu lo nya dulu!" ucap Kendrix, Gianna selalu mengkhawatirkan hal lain ketimbang dirinya.

Kendrix melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ia masih terdiam, ia khawatir dengan Gianna, tapi ia tak boleh panik agar perempuan itu tak ikut panik, tapi Kendrix juga kesal dengan siapa yang sudah membuat Gianna seperti ini, ingin bertanya tapi takut Gianna kembali menangis.

Akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat, Kendrix turun lalu membukakan pintu yang Gianna duduki.

Kendrix menuntun Gianna agar berjalan perlahan, ia ingin menggendong tapi takut sentuhannya tambah melukai perempuan itu.

Melihat darah Gianna yang sudah tercecer kemana mana, Perawat di rumah sakit itu segera mengambil kursi roda dan membawa Gianna ke ruang gawat darurat.

"Tolong cepetan," ucap Kendrix pada Perawat itu, ia lalu berjongkok di hadapan Gianna.

Tangannya mengelus kepala Gianna, mencoba mengalihkan perhatian perempuan itu dari perawat yang tengah menyiapkan alat alatnya.

Perawat itu menggunting sedikit seragam bagian lengan Gianna, hingga bahu Gianna terekspos. Bahu dan lengan perempuan itu sudah penuh dengan darah, Kendrix jadi kembali kesal ketika melihat darah itu.

Gianna mencoba melihat keadaan tangannya, tapi ditahan cepat oleh Kendrix. "Jangan dilihat."

"Tapi sakit banget," lirih Gianna memejamkan matanya menahan perih ketika kapas berair itu mengenai lengannya.

Beautiful Tattoo (COMPLETED)Where stories live. Discover now