I'm grateful you're mine

17.3K 693 16
                                    

~Yang datang aku sambut, yang pergi aku persilahkan. Hidupku adalah rumah, aku adalah pemiliknya. Sisanya adalah tamu yang tak bisa aku paksa tinggal~

Hari terus beralalu, tentang beberapa kejadian yang bisa membuat tak lupa, semakin terasa nyata, tentang segala urusan yang selalu diinginkan cepat berlalu tanpa ingin tau bagaimana dampaknya.

Hari ini Gianna kambali masuk Sekolah ,setelah meliburkan diri kembali selama seminggu. Begitulah cinta mengusai mental. Dampaknya sangat membuat bodoh pada diri manusia yang banyak urusan dengan Dunia.

Padahal Gianna siswi Beasiswa, dan memdapat surat teguran bahwa Gianna tak boleh libur lagi kecuali alasan sakit.

"Gi, kenapa lemes gitu mukanya?" tanya Ava sambil menyeruput Es cendolnya.

"Hah? Oh, Gue lagi cape aja Va," ucap Gianna seadanya.

Ava mengangguk mengerti. Padahal baru beberapa waktu lalu Gianna memberi tahu Ava tentang kedekatannya dengan Kendrix, tapi kemarin Gianna sudah memberi tahu Ava lagi tentang berakhirnya mereka.

"Eumm, you don't want to tell me about something? Cerita sesuatu gitu ke gue?"
ungkap Ava, ia tak bisa melihat seseorang sakit hati seperti ini. Ava itu orangnya perasa.

Baginya, seseorang harus mengungkapkan perasaannya sendiri agar lebih baik, tak baik memendam sakit dalam diam, takutnya akan menjadi amarah dan dendam, coba cerita keseseorang, kalau tak ada yang mau dengar, bahkan tak ada yang melarang menceritakannya dengan tembok, dilihat memang seperti orang tak waras, tapi dari pada menjadi gila beneran karna tak ada yang mau mendengarkan?

Makanya jangan heran mengapa Ava sering berbicara sendiri, ia tak mau memenuhi hatinya dengan beban rusaknya mental diri sendiri.

"Gue ada banyak cerita Va, tapi energi gue lagi habis, nanti ya," ucap Gianna dengan senyum terpaksanya, ia sangat menghargai Ava yang selalu excited mendengarnya bercerita.

Gianna kembali menyeruput Es cendolnya, tapi seketika pergerakannya terhenti kala melihat seorang laki-laki sedang makan di satu meja di depannya dengan seorang perempuan.

Ava melihat arah pandang Gianna, ia menghela nafas, lalu mengaduk ngaduk Es cendolnya. "Sakit hati itu gak enak ya Gi."

Perhatian Gianna teralihkan pada Ava.

"Apalagi sakit gara gara orang yang sempet kita anggap sebagai penyebab selalu bahagia," ucap Ava tiba-tiba.

Ava melihat sendu pada Gianna. "Emang gak semua patah hati itu ketika disakiti oleh dia yang gak peduli perasaan kita, tapi lebih menyakitkan lagi ketika dia adalah tempat kita berbagi segala rasa, perjuangan, dan banyak doa, eh, tapi dia malah meremehkan dengan banyak alasan yang gak masuk akal," ujar Ava.

"Tapi Va, gue sakit hati itu pasti, tapi kalau dia mau kembali, gue selalu mau." ucap Gianna kembali menatap kedua orang di depan sana yang tengah mesra mesraan.

"Kalau dia balik, lo tetep mau terima dia? Entah dia datang dengan versi terbaiknya atau kembali dengan versi paling buruknya? Haha, ya karna dia persetan dengan itu Gi. Yang dia peduli cuma balik sama lo yang bisa selalu nerima keadaan dia, dan Itu berarti lo juga persetan dengan segala sakit yang diberi? Yang penting bagi lo gimana bahagia dari dia kembali datang? Berarti itu sama aja kaya lo gak mikir perasaan lo sendiri Gianna. Rumah yang pernah terasa hangat, akan terasa asing kalau kita udah gak kenal pemiliknya, inget Gi, dia balik dengan versi barunya, dan gak ada versi lama yang kembali, kalau dia aja berani nyakitin lo." ucap Ava lalu kembali menyeruput Es cendolnya, ia kemudian memakaikan telinganya airpods untuk mendengarkan beberapa lagu tanpa ingin melihat respon lebih dari Gianna.

Beautiful Tattoo (COMPLETED) + (REVISI)Where stories live. Discover now