34. Bunga Krisan

4.1K 677 61
                                    

Menilik dari beberapa tahun ke belakang, Geo merenung. Segelas kopi dan putung rokok--tujuh putung rokok yang masih panjang--sedikit banyak membuat perasaan Geo alih-alih tenang, malah makin memburuk. Ada begitu banyak hal yang terjadi sejak Krisan tertidur.

Selama ini, Geo mengatakan bahwa hanya dirinya satu-satunya yang waras. Tetapi pria itu ragu. Sangsi akan pernyataan yang dibuatnya sendiri. Dia menyangkal apa yang selama ini dia percayai. Percaya bahwa dia memang waras, akan tetapi Geo meragukannya di saat yang sama.

Kewarasannya terkikis ketika Kyasha mengatakan kejujuran perihal rasa cintanya kepada Krisan. Krisan menolaknya, karena dia harus bertanggungjawab atas Vena, atas bayi yang saat lahir diberi nama Athalla Jeffrey. Krisan menikahi Vena, meninggalkan sahabat masa kecilnya yang sakit hati. Geo takut Kyasha akan terpuruk. Sehingga pada saat setelah menghadiri pernikahan Krisan, dia kembali menghibur Kyasha hanya untuk mendapatkan penolakan.

Geo kehilangan kewarasannya pada saat itu.

Penolakan. Tiga kali.

Dan alasannya tetap karena Kyasha mencintai Krisan. Kehilangan akal, Geo melampiaskan sakit hati yang ia rasa dengan mabuk-mabukan. Kehilangan akal juga, sampai membuat dunianya jungkir balik.

Bukti untuk kehidupan Geo yang jungkir balik?

Sorot mata obsidian Geo jatuh pada makhluk mungil yang tengah terlelap di atas ranjangnya.

| 34. Bunga Krisan |

Krisan termangu. Deja vu.

Lagi-lagi dia dibuat terkejut oleh apa yang dilakukannya semalaman. Dia memeluk Arkha di dadanya, begitu erat. Beruntung tulang-tulang sang bayi tidak remuk akibat pelukannya. Krisan menggigit bibir bawahnya bak seorang psycho. Keringat dingin mulai menetes di keningnya. Tangannya yang berada di punggung Arkha gemetar.

Ada euforia yang tidak bisa Krisan jabarkan karena yang pasti; dia terlalu senang. Over happy. Sampai Krisan tidak bisa menahan senyum iblisnya lebih lama.

Sisi gelap traumatik Krisan membuatnya tidak mau ditinggalkan. Meski tidak mengingat masa lalu sekaligus makhluk bernama Athalla-Arkha, Krisan senang mereka adalah miliknya.

Jam lima pagi, saat matahari menyembul perlahan namun pasti dari ufuk timur, mengusir kepekatan yang timbul karena rotasi bumi, tawa mengerikan Krisan terdengar.

"Lo nggak akan tinggalin gue, kan?" bisiknya dengan nada mengerikan.

"Cuman gue yang diperlakuin kayak gini sama kalian, kan? Cuman gue kan yang spesial?"

Jemari Krisan mengukir jejak abstrak di pipi Arkha, dia mengangkat dagu si bayi agar lebih mendongak ke arahnya. Arkha yang notabenenya sedang pulas di dada sang Addy hanya menggeliat kecil.

"Cuman gue yang diperlakuin sampe kayak gini," Krisan membalas pertanyaannya sendiri. Menjawabnya dengan mutlak tanpa ada bantahan.

Arkha di dadanya hanya melenguh pelan. Suara bayinya bak nina bobo di telinga Krisan. Sementara Athalla sempat mengerjap, merinding sejenak, lantas kembali tertidur.

"Bener," gumam Krisan, tenang namun tajam. "Kalian nggak boleh pergi tanpa seijin gue."

•••

"Lusa mulai terapi," beritahu Ae. Dia tiduran telentang di sebelah Krisan yang sedang duduk bersandar di atas kasur.

"Gue nggak cacat?" tanya Krisan, pelan.

NAUTILUS Where stories live. Discover now