33. Hikayat Addy Durhaka

5.1K 792 92
                                    

"Gua yang salah! Kemaren gua bentak dia," ujar Rangga, jujur. "Krisan drop pasti gegara kepikiran sama omongan gua."

Rendi yang berdiri di sebelahnya mendelik sinis. Disertai dengan decakan keras, Rendi mendebat. "Gue yang salah! Gue ngomong yang enggak-enggak, dia juga emosi selama gue ngomong. Dia ngusir-ngusir gue juga. Lagian kalo lo ngomongnya kemarin, Krisan kan dropnya sekarang. Tadi pagi sama kemarin, dibandingin sama rentang waktunya, Krisan terbukti stress gegara omongan gue."

Anak betawi (anak dari bapak Jamaludin Jamal) yang dikaruniai badan bongsor dengan otak ciut--Rangga--melotot. "Ih, gua, anjir! Gua yang salah!" katanya.

"Om Galih! Kemaren ekspresi mukanya Krisan tertekan banget abis ngomong sama Rangga. Om sendiri kan tau Rangga keluar paling akhir dari kamarnya Krisan. Itu Rangga abis bentak-bentak dia. Rangga yang salah!" Rangga membelot dengan mengadu pada Galih, sekaligus mengubah cara bicaranya menjadi lebih sopan meski tetap saja terdengar kemrasak.

Galih memijat pelipisnya. "Kalian--"

"Rendi yang salah, Pah! Bebal banget sih dibilangin! Nggak percaya sama anak sendiri!" ketus Rendi.

"Kalian sama-sama salah!" kata Galih, keras. Menengahi.

"Loh? Ya nggak bisa gitu, dong! Orang Rendi yang salah!" Rendi tetap kukuh menyalahkan dirinya sendiri. Sementara Rangga juga melakukan hal yang sama.

Geo dan Ae hanya mendengarkan di tempat duduk masing-masing, menghela napas lelah. Biasanya orang berebut benar, ini? Rangga dan Rendi ngotot mengakui kalau alasan kondisi Krisan memburuk adalah salah mereka.

"Nggak bener nih," celetuk Ae.

Geo membenarkan.

"Tapi kayaknya gue juga ikut andil deh bikin Krisan stress," imbuh Ae. Suaranya lirih.

Geo menoleh dengan cepat. Mendesis. "Nggak usah ikut-ikutan!" peringatnya.

Ae memasang wajah memelas sebelum bangkit dari duduknya, mendekat ke arah Rangga dan Rendi yang berdebat. Galih tampak bingung dan kesal di saat yang bersamaan. Apalagi melihat Ae juga berdiri di tengah-tengah dua R, berucap sesuatu.

"Ae yang salah, Om. Kemarin Ae juga bentak Krisan gegara dia lupa diri," aku Ae.

"Lupa ingatan."

"Iya, itu. Ae bentak dia pas Krisan nyangkal kalo Atha sama Arkha itu anaknya. Ae yang salah! Krisan stress pasti gara-gara Ae."

Dengan wajah tertekan, Geo menangis tanpa suara. Sudah sejak beberapa menit berlalu, ketiga sahabatnya berebut untuk mengaku bahwa mereka bisa membuat Krisan stress.

Memang. Yang waras cuma Geo seorang.

| 33. Hikayat Addy Durhaka |

"Masa?"

Krisan membuka matanya perlahan. Posisi duduknya bersandar pada kepala ranjang, gelisah. Athalla tahu, Athalla menyadarinya. Tetapi dia tidak berhenti bercerita.

"Iya! Addy sayang banget sama Atha! Sama baby juga! Makanya Atha ndak dibolehin ikut Mommy," celoteh Athalla, riang.

"Jadi lo masih punya ibu?"

"Umh! Kemalin Mommy datang. Katanya Atha disuluh ikut Mommy pelgi jauh."

"Terus?" Krisan memiringkan kepalanya, mencoba mengingat-ingat apakah ada kenangannya bersama Athalla, putra pertamanya yang datang menemuinya ini.

NAUTILUS Where stories live. Discover now