21. Kasus

7.8K 1K 88
                                    

"Gue udah nebak kalo Mama pasti nggak bakalan biarin Bang Krisan dapet dukungan. Makanya Bang Krisan bilang kalo gue bisa jadi pukulan telak buat Aeglar. Apalagi mereka taunya gue udah mati."

Geo mengangguk. "Jadi?"

"Mama benci sama Bang Krisan karena Bang Krisan pernah ngungkapin kasus kejahatan Mama. Gue denger sendiri waktu itu. Bagi Mama, Bang Krisan itu boomerang."

Aaron melepas hoodie hitam yang dia pakai.

"Om Rama sebenarnya orang baik. Dia sayang sama Bang Krisan."

"Om?" beo Ae, sangsi. Telinganya salah dengar mungkin.

Gerakan tangan Aaron melipat hoodie terhenti. Dia mengangkat wajahnya, tersenyum tipis.

"Lo semua belum pernah denger, ya? Selain Bang Devan, gue juga anak haram. Gue, Bang Krisan sama Bang Devan itu satu ibu beda ayah."

Aaron mengatakannya dengan santai, seakan tidak ada beban berat di bahunya. "Bang Devan masih mending tau siapa bapaknya. Gue nggak. Entah siapa bapak gue," imbuhnya, menerawang.

| 21. Kasus |

Musik alami dari rintik hujan membuat Krisan tidak bisa tidur. Bocah yang baru kemarin merayakan ulang tahun itu tersenyum senang kala mengingat Aaron, adiknya yang baru berusia dua minggu sudah bisa dia jenguk di kamar sebelah.

Secara psikologis, Krisan senang.

Emosional, tidak ada alasan baginya untuk gelisah.

Namun Krisan merasa aneh malam ini. Seolah akan ada hal besar yang akan terjadi di rumah ini.

Krisan melangkahkan kakinya keluar dari kamar, berniat mengambil air minum di lantai bawah sebelum telinganya mendengar sebuah suara menyebut namanya.

Tepat di sebelah kanan tangga, sebuah kamar dengan pintu terbuka menampilkan sosok pria jangkung berdiri di sana, menatapnya sambil tersenyum manis.

"Krisan?"

"Iya, Om," Krisan mendekat.

Pria itu adalah Laksa. "Kenapa belum tidur?"

"Klis mau ambil minum," suara hujan menyamarkan perkataan Krisan sehingga Laksa akhirnya mendekati sang keponakan, meraih tangannya untuk digenggam.

"Om temani, ya?"

Krisan mengangguk.

Tidak seperti rupanya yang sangar dan galak, Laksa sebenarnya sangat penyayang. Krisan bisa merasakannya sejak Laksa datang ke rumah ini dua bulan yang lalu.

Laksa mengambil dua gelas dan mengisinya dengan air putih. "Om juga nggak bisa tidur tanpa sedia air minum," katanya, mencoba mencairkan suasana yang canggung.

Biasanya anak kecil suka mengoceh tentang apapun, kan? Lantas kenapa Krisan begitu anteng? Laksa jadi dibuat kaku menghadapi anak itu.

"Om milip sama Bang Devan, ya?" celetuk Krisan.

Anak ini...

Sekalinya bersuara membuat jantungan.

Laksa tersedak air liurnya sendiri. "Eh?"

NAUTILUS Where stories live. Discover now