27. Sempak Pertama Arkha

5.2K 716 32
                                    

Seminggu Krisan koma.

“Gue bersumpah bakal mukul lo sampe sekarat, ya, sat! Bangun nggak lo!”

Krisan sering didera sakit kepala saat tengah menemani Arkha mengerjakan PR saat malam hari. Dan apa yang terngiang di kepalanya begitu menyakitkan.

Ada apa sebenarnya? Bukankah ini kenyataannya?

Dia duduk bersama Arkha, menemani anaknya itu. Tetapi kenapa suara yang memintanya untuk bangun tetap terdengar?

“Susah kan materinya!” Arkha mengeluh. “Lo aja sampe megang kepala gitu.”

Dua minggu Krisan koma.

“Woi si bapak yang bucin bayi! Arkha gue sunat, ya! Diemnya lo gue anggap iya. Kalo nggak, makanya bangun, babi! Sini protes!”

Seperti ini.

Krisan menatap sekeliling. Suara siapa tadi?

“Addy, kenapa?” Athalla bertanya saat melihat Krisan mendadak menghentikan langkahnya.

Arkha cemberut di sebelah Athalla. “Saking nggak maunya ngambil rapot punya gue, ya?” sinisnya.

Krisan—untuk sesaat, lupa akan suara yang tadi didengarnya—mendelik. “Gue emang udah nebak nilainya bakal merah semua. Secara lo kan goblok.”

Arkha melotot. Pelototan yang tidak pernah terlihat galak di mata Krisan. Kalau sebelum-sebelumnya Krisan akan menggoda Arkha habis-habisan, kali ini dia hanya tersenyum. Meski berusaha untuk tersenyum tulus, ekspresinya yang kebingungan tidak bisa diubah sama sekali pada mimik wajahnya.

Arkha disunat?

Bukankah Arkha sedang bersamanya?

Tengah dalam perjalanan mengambil rapot hasil belajar di masa putih biru?

Tiga minggu Krisan koma.

“Athalla genap tiga tahun.”

“Dibohongin! Masih dua bulan lagi.”

“Diem, anjing! Gua lagi mencoba penghayatan! Siapa tau Krisan ngerespon, kan?”

Athalla? Tiga tahun?

Di saat yang sama ketika Krisan sedang melihat Athalla diwisuda? Berdiri dengan senyum lebar di atas panggung.

TIGA TAHUN DARI MANA, BJIR! Maki Krisan dalam hati.

Dia sendiri yang memastikan bahwa Athalla selama setahun ini tumbuh dalam pengawasannya. Setahun ini! Lantas apa maksudnya Athalla tiga
tahun? Kenapa suara-suara aneh itu makin lama makin melantur? Oke. Sekarang siapa yang melantur?

Sebulan. Krisan tidur panjang.

“Dengerin, ya, sat! Dengerin baik-baik!”

“Nah, giliran lu ngomong. Babi. Gitu, ya?”

“A… i…”

“Noh, si bayik manggil lu! Gih bangun, dah! Greget gua liat lo molor mulu. Sleeping beauty lu, hah?!”

“Eitss, kayaknya yang gue denger, si bayi babi malah nyebut tai deh. Saudaraan, bjir, Addy sama babi! Sama aja ngucapnya.”

“Wah, Kris! Ae ngajarin si bayi yang nggak-nggak!”

“Biar gue yang ngasih pelajaran.”

“Ge! Tahan, Ge! Kepalan tangan lo turunin itu, huwaa!”

Krisan memejamkan matanya barang sejenak. Kenapa…

NAUTILUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang