6. Krisan Ngamuk!

13.3K 1.2K 63
                                    

Ada jadwal imunisasi hari ini.

Imunisasi BCG.

Yaitu untuk mencegah penyakit tuberkulosis supaya paru-paru anak tetap terjaga. Beberapa hari berlalu sejak Arkha mendapat kunjungan dari empat sekawan sahabat Krisan, usianya sebagai bayi sudah genap dua bulan.

Selain imunisasi vaksin BCG, Krisan juga akan sekalian konsul mengenai Arkha yang dia rasa tidak seperti bayi pada umumnya.

Wajarnya, bayi dua bulan paling mentok baru bisa menggenggam dan membuka genggaman tangannya sendiri. Mereka mulai bisa bermain dengan jari-jarinya dan memiliki ketertarikan pada benda-benda berwarna cerah dan mainan yang dapat mengeluarkan bunyi.

Tapi kenapa Arkha justru tertarik menatap wajahnya? Krisan tahu dirinya memang tampan. Hanya saja Arkha yang melotot tiap kali memandang wajahnya membuat Krisan gimana gitu.

| 6. Krisan Ngamuk! |

Krisan tidak membawa pengasuh sama sekali.

Berbekal ditemani Mang Dadang dan Bibi Na, supir keluarga dan salah satu pekerja rumahnya untuk menemaninya, Krisan duduk kursi belakang, memangku Arkha yang tampak imut memakai baju bayi karakter singa. Secara mendadak Krisan teringat Niko, teman JJ di kartun kesukaannya. Awal-awal memang cringe, tapi lama ditonton pas menemani Athalla, eh kok bagus kartunnya?! Jadilah Krisan suka.

Tahta tertinggi kesukaan Krisan: Arkha → JJ →Athalla.

Tsundere gini dia tetap bapak dua buntut.

Masalah utamanya adalah Krisan tidak begitu paham bagaimana caranya mengekspresikan kasih sayang kepada Athalla dan Arkha.

Krisan menghela napas panjang. Ya udah lah, toh perhatian dikit juga nggak masalah.

Teruntuk orang yang bahkan tidak tahu apa itu cinta, Krisan merasa asing dengan statusnya kini. Tapi memiliki Arkha tidak buruk juga. Sedikit berbeda dengan saat Athalla lahir, tetapi bukan berarti Krisan bisa secara implusif mengabaikan Athalla.

Krisan menatap lamat Arkha yang tertidur. Perjalanan masih sekitar setengah jam lagi.

Dia kembali menghela napas. Harusnya perjalanan ke tempat imunisasi bisa lebih lama, dengan begitu Krisan bisa terus-terusan memangku Arkha sepuasnya.

Secara pribadi, sosok papa muda yang menjadi single parent, dengan hati-hati membawa bayinya untuk imunisasi, pemandangan manis itu sangat meneduhkan. Adem di mata siapa saja yang melihatnya.

Mang Dadang dan Bibi Na bahkan tak kuasa menahan senyum melihat anak asuh mereka dulu ternyata sudah sedewasa ini. Anak yang dulu mereka rawat bersama sudah punya anak ternyata. Betapa waktu terlalu cepat berlalu.

"Den Kris, tadi Bibi udah mastiin popok di dalem tas tapi tisu basahnya habis, den," ucap Bibi Na tiba-tiba.

Krisan tidak mengatakan apa pun karena Arkha secara bersamaan menggeliat. Bayi itu membuka matanya perlahan, membuat benda bulat dengan sorot begitu lugu miliknya menatap tepat ke arah Krisan.

"Bangun juga lo," kata Krisan, kemudian pria itu mendongak. "Nanti mampir ke minimarket depan, Mang."

Mang Dadang mengangguk sopan. Kondisinya yang tunawicara tidak serta merta membuat Mang Dadang bergantung pada keluarga Aeglar. Pria pertengahan empat puluh tahun itu kehilangan putri dan istrinya dalam tragedi kebakaran. Salah satu rumah tetangganya mengalami konsleting listrik dan menjadi pemicu api, jago merah melahap habis beberapa rumah di sebelahnya: termasuk rumah sederhana Mang Dadang yang nyaman. Keluarga bahagia ala Mang Dadang turut hangus dalam sekejap sampai akhirnya pria itu bekerja untuk Krisan, menganggap Krisan sebagai anak sendiri karena kebetulan Krisan dan mendiang putrinya memiliki usia yang sama. Sampai detik ini.

NAUTILUS Where stories live. Discover now