Bab 31

1.4K 34 0
                                    

Terlepas dari kegagalan seorang El yang membujuk Rara berniat untuk meminta maaf dan ingin memperbaiki diri kembali, sekarang dengan rasa yang bercampur aduk menjadi satu iapun termenung kembali dirumahnya yang ia tempati bersama Rara.

Dengan terduduk lesu dan setetes air mata yang mengalir, iapun berbicara sendiri, kembali teringat kehancuran yang melanda rumah tangganya saat ini.

"Rara maafkan aku."

"Vina, Vano, maafkan ayah."

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Ditempat lain Zaki yang memang tengah berkunjung ke rumah Rara, menemui Herlambang dan juga Ayu bermaksud untuk memperkenalkan diri jika ia datang dengan maksud baik, dan mengatakan bahwa ia adalah teman Rara semasa kuliah bersama dulu, Herlambang dan juga Ayu menyambut baik dirinya.

Setelah selesai berkenalan Rarapun mengantarkan Zaki untuk bertemu kedua anaknya yaitu Vano dan Vina, sebagaimana diketahui kedatangannya memang untuk menemui kedua anaknya padahal tanpa Rara tau itu sebenarnya hanya kamuflase seorang Zaki saja.

Melihat kedatangan Zaki, Vina dan Vanopun menyambutnya, lalu mengajaknya untuk bermain sejenak, menurutnya kapan lagi bisa bermain dengan teman ibunya yang menurut keduanya memang baik.

"Nah om, kau kalah, seperti yang sudah kita sepakati, yang kalah harus menuruti satu permintaan dari pemenang, pertanyaan dariku saja kau tidak mampu menjawab, bagaimana?" Ucap Vano dengan bangga.

"Ck kau curang, mana bisa disebut menang." Tolak Zaki sebal.

Mereka berdua sudah melakukan permainan sederhana yaitu tebak gambar disalah satu aplikasi dalam ponsel, dengan menghitung skor paling banyak, dan pemenangnya adalah Vano, kecurangannya disini Vina selalu membantu Vano untuk menjawab hanya dengan mengkodenya saja, tapi tanpa mereka sadari Zaki sebenarnya mengetahuinya.

"Iyakah? bagaimana Juri? apakah aku curang?" Tanya Vano pada Vina yang memang menjadi Juri penghitung skor terbanyak.

"Tidak, dalam skor permainan kau memang kalah om, dan sekarang kau juga tidak bisa menjawab pertanyaan yang kak Van berikan, apa kau lebih memilih menuruti permintaan dari pada menjawab pertanyaan?" Jawab Vina santai tp diakhiri dengan pertanyaannya.

Dalam permainan tersebut yang kalah diajukan sebuah dua pilihan yaitu menjawab pertanyaan atau menuruti permintaan, karena disini Zaki kalah, ia lebih memilih menjawab pertanyaan, tapi sayang sekali karena tengilnya seorang Vano, iapun mengajukan pertanyaan pada Zaki yang terkesan nyleneh, dan sangat tidak mungkin jika ia menjawab pertanyaan tersebut dengan jujur.

"Pertanyaannya sulit, mana bisa dijawab dan lagi tidak masuk akal, jangan mempermalukanku yah." Tolak Zaki kembali dengan kesalnya.

"Sulit bagaimana? dan apah tidak masuk akal? aku hanya menanyakan kenapa om sudah setua ini masih saja sendiri, tinggal jawab saja, siapa suruh kalah dariku." Jawab Vano santai tapi juga terkekeh.

"Ck aku sampai setua ini itu karena ibumu tau!! dasar bocah tengil." Gumam Zaki dalam hati begitu kesalnya menatap kedua anak Rara yang menyebalkan.

"Baiklah baiklah, aku mengaku kalah, dan dari pada aku harus menjawab pertanyaan konyolmu itu, lebih baik aku mengganti pertanyaan menjadi permintaan, jadi apa maumu?" Pungkas Zaki pasrah, dia tidak mau berkata jujur.

"Ahahaha biasa aja om, baiklah permintaanku gampang sekali, besok siang kau harus menjemputku dan Vina ke Sekolah untuk mengantarkan kita pulang ke rumah, bagaimana?" Jawab Vano dengan tawa diikuti permintaannya.

"Oke, berikan aku alamat Sekolahmu." Jawab Zaki senang, karena permintaannya sangat mudah sekali.

"Om minta saja ke ibu." Sela Vina.

Istri yang Ku HianatiWhere stories live. Discover now