Bab 24

1K 27 1
                                    

*Keesokkan paginya...

Terdengar dering ponsel yang menganggu tidur El, dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti, iapun mulai meraba raba niat hati untuk mengambil ponselnya yang memang ia letakan dimeja nakas.

"Hm." Jawabnya mengangkat telfon, menempelkan ponselnya ke telinganya.

"Tuan, apa hari ini anda tidak berangkat?" Tanya Chandra, yah orang yang menghubunginya adalah Chandra sang Asisten.

"Kau handle pekerjaanku dulu hari ini." Jawab El pelan seraya bangun dari tidurnya.

"Baiklah tuan, saya tutup telfonnya dulu." Jawab Chandra diikuti panggilan terputus.

Semalam El yang memang memikirkan masalah rumah tangganya tidak bisa memejamkan matanya untuk tidur, dia dilema akan keputusannya melepas Aya, hingga tidak seperti biasanya hari ini ia malah bangun kesiangan, dilihatlah jam diponselnya sudah menunjukkan pukul 10.00, disana juga terlihat begitu banyaknya panggilan tak terjawab dari Aya dan juga Chandra, nama Rara bahkan tidak ada satupun disana, nama yang diharapkan menghubunginya, dalam fikirannya apa mungkin istrinya tersebut masih marah perihal masalah semalam.

Teringat masalah semalam membuatnya mengingat kedua anaknya, teringat penekananya untuk memilih antara Aya dan Rara, iapun mendesah pelan seraya meraup wajahnya bahkan sampai memukul mukul kepalanya sendiri begitu frustasi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, ini pilihan yang sulit, tapi bagaimana? aku harus bisa menentukan pilihan." Gumam El berbicara sendiri segera beranjak untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Ditempat lain Aya terlihat tengah terduduk melamun dibutiknya mengingat permasalahan semalam kembali membuatnya mengepalkan tangannya geram, kenapa kedua anak El bisa memberikan pilihan yang mengancam posisinya, dia takut El benar benar meninggalkannya, kebahagiaannya saat ini memang ada pada Rara dan juga kedua anaknya, apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Ay." Panggil Ernan membuatnya menolehkan pandangan dan membuyarkan lamunan.

"Kau? kenapa datang?" Jawabnya.

"Apa aku tidak boleh datang? aku merindukanmu." Jawabnya seraya menoel hidung Aya ikut duduk disampingnya bahkan sampai merangkul pundaknya.

"Bukan begitu, aku takut El datang dan melihatmu disini, aku dan dia sedang ada masalah tau." Jawab Aya seraya melepas rangkulan Ernan padanya.

"Masalah apa lagi? kenapa kau tidak datang padaku untuk sekedar bercerita." Jawabnya.

"Masalahnya baru terjadi semalam, jadi aku tidak sempat datang padamu, aku sudah cape dan lebih memilih untuk beristirahat saja, ha hanya saja ak aku, aku aku takut Nan, aku takut El pergi meninggalkanku, posisiku benar benar tidak aman sekarang." Jelas Aya menahan sesak dirongga dadanya diikuti mata berkaca kacanya.

"Hey kau kenapa? Apa lagi yang membuatmu seperti ini?" Tanya Ernan seraya menarik Aya kedalam pelukan bermaksud memberikan kekuatan.

Disaat itulah Aya kembali menangis dalam pelukan Ernan, seseorang yang dianggapnya bisa menumpahkan segala keluh kesahnya, tempatnya ia mengadu, dengan air mata yang mengalir ia juga menceritakan permasalahannya semalam pada Ernan, bermaksud untuk meminta solusi apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Posisimu memang tidak aman, dan aku yakin El bisa saja meninggalkanmu, kedua anak El tidak menyukaimu, makanya mereka mengajukan sebuah pilihan pada El." Jelas Ernan dengan pendapatnya.

"Jadi apa yang harus aku lakukan? aku tidak mau El sampai meninggalkanku Nan, aku tidak mau." Jawab Aya.

"Hanya ada satu cara, kau harus membujuk El." Jawabnya.

Istri yang Ku HianatiWhere stories live. Discover now