Bab 4

1.7K 60 0
                                    

Siang itu Rara yang memang tidak mendapatkan informasi apapun memilih untuk segera pulang, dia bahkan sampai meruntuki dirinya sendiri begitu bodoh, kenapa dia tidak menyuruh orang saja untuk memantau suaminya tersebut, malah ia yang repot repot memantaunya membuat ia menepuk keningnya tapi juga terkekeh.

Kepergian Rara juga tak lepas dari pantauan orang kepercayaan El, yang langsung memberitahukannya pada Chandra sesuai perintahnya.

"Vitra bagaimana mungkin, kau yang begitu baik sampai harus dihianati oleh suamimu sendiri, kapan aku bisa memberitahukan semuanya, aku begitu iba padamu." Gumam Chandra sendu merasa kasihan.

Ditempat lain Herlina dan Aditama tengah duduk bersama seraya meminum tehnya, mereka berdua mengeluhkan penerus keluarganya yang tak kunjung hadir dari pernikahan Rara dan El.

"Kalau seperti ini terus El tidak akan memberikan kita cucu mas, kau harus lebih tegas pada putramu itu." Keluh Herlina.

"Memangnya harus bagaimana, El yang mengatakan sendiri kalau dia belum mau menjadi seorang ayah." Jawab Aditama.

"Jadi untuk apa dia menikah, alasan dia saja, memang dasarnya Rara itu mandul, tidak bisa memberikan seorang anak, bisa sajakan putramu itu berpura pura mengatakan jika ia belum mau menjadi seorang ayah, padahal kenyataannya Rara memang tidak bisa memberikan seorang anak, kau lihat putramu itu sangat memanjakannya dan bahkan begitu perhatian, seperti pria bucin." Jelas Herlina.

Aditamapun mencerna ucapan Herlina, dan membenarkannya, dia berfikir apa mungkin karena cintanya itu membuat putranya pasrah jika Rara tidak bisa memberikan keturunan sekalipun.

"Kau benar, jadi menurutmu kita harus bagaimana?" Tanya Aditama.

"Besok aku akan menemui Rara tanpa El, aku harus menekannya, jika dia tidak bisa memberikan keturunan lebih baik El menikah lagi, kalaupun El tidak keberatan lebih baik ceraikan saja, untuk apa menjalin rumah tangga tanpa seorang anak." Jawab Herlina dengan pendapatnya.

"Kau yakin? apa Rara mau? apa itu tidak terlalu kejam?" Keluh Aditama yang merasa iba.

"Kejam bagaimana? memangnya kita sedang menyiksanya, sudahlah mas kau tinggal menurut padaku saja, biar aku yang urus semuanya yah." Jelas Herlina dengan Aditama yang hanya menganggukan kepalanya saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 sore saatnya para pekerja untuk pulang, sama halnya dengan El yang sudah merapihkan meja kerjanya sebelum ia pulang, tak berapa lama setelah itu terdengarlah pintu ruangannya yang diketuk dengan El yang mempersilahkannya untuk masuk dan itu adalah Chandra.

"Permisi tuan, istri anda sudah tidak mengawasi anda, beliau sudah pulang siang tadi." Ucap Chandra dengan informasinya.

"Benarkah? baiklah terima kasih infonya, aku pulang dulu." Jawab El bahagia seraya melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya diikuti Chandra yang hendak pulang juga.

Dengan hati yang begitu bahagia El berjalan tergesa gesa menuju mobilnya, tujuan untuk menemui Aya yang sedari tadi siang dirindukannya, bahkan ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi karena sudah tidak sabar menemui kekasihnya tersebut.

Tak berapa lama iapun sampai, diketuklah pintu rumah Aya yang bahkan tak seluas rumahnya, Aya memang terlahir dari keluarga sederhana, Rumah minimalis yang begitu mewah tersebut dulunya bahkan tidak layak huni, tapi tidak seperti sekarang yang bahkan terlihat wah, karena El telah merenovasi Rumah tersebut dulu waktu ia masih menjalin kasih dengan Aya, sampai sekarangpun masih, hanya saja Aya selalu mengelak hubungannya dengan El karena ia sudah beristri, begitu pintu rumah terbuka.

"Mau apa kau kemari?" Tanya Aya yang memang sudah berada di Rumahnya, ia menutup toko butiknya memang pada sore hari.

"Aku merindukanmu." Jawabnya

Istri yang Ku HianatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang