|23| Bekerja Sama

6 2 0
                                    

Halo semuanya

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Chapter XXIII

Bekerja Sama

| ◆◇◆◇◆◇◆◇ |




Di ruangan dengan cahaya kian remang, lima siswa dan seorang guru terdiam murung. Mereka sibuk berkutat dengan pemikiran masing-masing. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka bersuara membuka diskusi. 

"Jadi, apa kita akan diam-diaman aja di sini? Aku bosan!" keluh Tedy mengembuskan napas gusar sembari menyandarkan punggung di dinding. 

"Gini aja. Gimana kalau kita semua keluar dari ruangan ini dan berpencar mencari jalan keluar. Siapapun yang berhasil keluar, harus  meminta bantuan, oke? Kebetulan di luar masih ada banyak guru dan murid yang nunggu." Roy, selaku guru, kini bersuara menyatakan pendapat. 

"Bentar, di luar ada orang?" Satria bertanya dengan kepala dimiringkan. Dahi lelaki itu mengerut, kedua alis saling bertaut. 

"I-i-iya, ma-malah bapak kepala sekolah sudah mendatangkan orang pintar," balas Roy sempat tergagap melihat raut kelima muridnya penuh keheranan. 

"Njir, tadi kami ke sini sekolah sepi lho, Bang! Malah kayak sekolah terbengkalai!" Tedy segera mengeluarkan suara, melontarkan pernyataan yang dialami. 

"Nggak, kok. Tadi masih ada orang."

Terjadilah aksi saling mempertahankan pendapat hingga Tedy dan lainnya sedikit melotot. Mereka saling melempar pandang seraya refleks membuka mulut. 

"Ja-jadi, yang bener mana ini? Ini kita lagi dijebak atau gimana?" tanya Ian. 

Seketika hawa sejuk menari-nari di sekitar mereka. Sesekali udara dingin menusuk tiap inci kulit hingga membuat keenam lelaki tersebut mengusap-usap lengan maupun leher. 

"Ka-kayaknya ki-kita dijebak, deh. Ka-ka-kayaknya ini a-ada hubungannya dengan kebakaran di salah satu ruang di gedung ini." Semua tatapan tertuju pada Sadam. 

"Apa ada yang tau di mana letak ruang yang terbakar itu?" Sadam kembali bertanya sambil menatap intens satu per satu temannya. 

Namun, ekspetasi tak sesuai harapan. Mereka semua menggeleng kecil. Tatapan Sadam pun teralih kepada Roy. Keempat murid lainnya pun turut serta menoleh ke arah sang guru. 

Sontak kedua bola mata Roy membesar. Bagaikan buronan yang tertangkap basah, Roy gelagapan saat ditatap anak didiknya. Bersamaan dengan itu suara pria itu tercekat, seakan tak mampu melontarkan satu kata pun. 

"Ba-ba-bapak tidak tau," balas Roy gagap. Tak lama tatapan mereka teralihkan kembali kepada Sadam. Entah mengapa hal tersebut membuat Roy lega, tetapi keringat mulai mengucur membasahi dahi. 

SIURUPANDär berättelser lever. Upptäck nu