|14| Rasa Takut

9 2 0
                                    

Halo semuanya 👋

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya biar aku rajin update juga

Selamat Membaca



Selamat Membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Chapter XIV

Rasa Takut

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇






Sinar matahari perlahan menghilang di ufuk barat. Rembulan pun mulai bertugas ditemani dengan bintang-bintang. Semua aktivitas manusia maupun makhluk lain kini terhenti. Banyak rumah memiliki penerangan sendiri.

Di satu rumah, tepatnya di ruang makan, terdapat empat orang pada satu meja makan. Satu pria tua berkumis tipis nan beruban, seorang wanita tua berambut coklat gelap, seorang pria muda dan remaja lelaki. Mereka tampak lahap menyantap makanan masing-masing dalam keheningan, kecuali si pria muda tadi.

Pria itu terlihat ogah tak ogah terhadap makanannya. Sesekali sesendok makanan disuap ke dalam mulutnya sendiri, lalu memilih 'tuk memainkan makanan dengan sendok. Hal tersebut mengundang atensi dari kepala keluarga.

"Roy, kenapa kamu? Ada masalah? Kok mukamu pucat? Makanan juga bukannya kamu habiskan malah dimainkan gitu?" cecar sang Ayah memberi sejuta pertanyaan.

Seketika Tedy dan wanita berstatus ibu menoleh menaruh pandangan pada si sulung. Terlebih Tedy yang semula lahap dan asik menyantap makanan bak orang rakus perlahan menghentikan tingkahnya itu. Ia menatap sang abang dengan bola mata sedikit membesar.

"Woy, Bang Roy! Ayah nanya tuh!" Tedy yang kebetulan duduk di samping sang kakak menyikut Roy. Ia mendecakkan mulut kala sang kakak menatap bingung mereka.

"Kamu kenapa? Ada masalah apa?" Sekali lagi si kepala keluarga bertanya. Namun, tatapan pria tua itu terkesan tajam pada sang putra.

"Aah, gak kenapa-napa, Yah, cuma stress aja sama" jawab Roy lalu kembali menyendok makanan dan mengarahkan ke mulut.

"Kalau ada apa-apa yang bikin ganjel cerita ya,  Anak Mama," kata si Wanita menarik kecil sudut bibir seraya menggenggam tangan Roy. Pria itu mengangguk kecil.

Mereka semua kembali menyantap makanan dalam keheningan. Tanpa mereka sadari bahwa pria muda alias si sulung sedari tadi memikirkan kejadian menegangkan tadi sore. Sosok hantu dengan mulut sobek tertawa menggelegar.

"Hihi, jangan kira kamu bisa lolos kali ini."

Kepala Roy bergerak menoleh cepat ke belakang. Mata pria itu membola besar. Sebuah suara kecil tiba-tiba mendarat di gendang telinganya. Namun, tak ada orang lain selain mereka.

SIURUPANWhere stories live. Discover now