|17| Permainan Sudah Dimulai

12 2 0
                                    

Halo semuanya👋👋

Nb' baca Sampai Akhir ya

Selamat membaca

Selamat membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter XVII

Permainan Sudah Dimulai

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇




"Wahhh, duo pahlawan sudah datang, nih!"

Ian berseru meninggikan nada bicara saat Tedy dan Satria memasuki kelas. Kedua wajah lelaki berbaju training tersebut tampak sumringah. Tak segan mereka mengembangkan senyum penuh bangga. 

"Oh iya, dong. Tanpa kami sekolah gak bakal berprestasi di juara basket, nanti," ucap Satria menepuk-nepuk dada membanggakan diri. Sementara Tedy hanya tertawa kecil sembari melipat kedua tangan di dada dan menggeleng kecil. 

"Yeey, belum juga lomba, udah songong duluan. Gini ya, kalau berdasarkan buku ini, orang yang songong duluan bia--" cibir Ian terpotong. Bibir lelaki berkacamata itu terkatup rapat kala tangan Satria mendarat di mulutnya.  

"Udah, udah, kami kau lomba. Jangan rusak mood kami sama mitosmu itu, Ian!" 

Ian berdecak kesal usai tangan Satria terlepas dari bibirnya. Ia mengusap bibir dengan lengan baju lalu menaruh tatap pada kedua lelaki itu. Melihat kedua teman tengah merapikan buku di laci dan sebagainya, Ian lantas bertanya. 

"Kami gak akan ikut kelas hari ini. Berhubung lombanya di sekolah yang ada di kota sebelah, jadinya siap lomba langsung pulang," balas Tedy sumringah, seperti orang yang senang ketika tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. 

"Apalagi hari ini pelajarannya bu Reny, guru matematika killer. Beuuuh, syukur-syukur," kata Tedy menyambung ucapan tadi. 

Ian sendiri memutar bola mata malas kemudian melanjutkan aktivitas membaca buku. Ia membiarkan kedua lelaki tadi beberes dan bersiap tanpa kepo. Setelahnya kedua lelaki itu berpamitan pada Tedy yang dibalas deheman oleh tuan berkacamata. Remaja satu ini terlampau asik dengan bacaannya. 

Satria dan Tedy menyapa Sadam yang baru memasuki kelas. Lantas, dahi lelaki berpipi sedikit tembem ini mengernyit. Tatapannya penuh heran atas kepergian dua temannya itu. Namun, dirasa tidak terlalu penting, lelaki itu mengendikkan bahu dan memilih berjalan ke tempat duduk. 

Usai mendaratkan bokong di kursi dan merapikan segala peralatan belajar, Sadam menatap Ian. Semula kepala Sadam dihantui oleh banyak pikiran sehingga lekaki tersebut terdiam dengan sejuta arti. Pada akhirnya Sadam tetap memanggil sang teman. Sedangkan Ian merespons dengan berdeham lantaran asik dengan buku bacaan. 

"Dirimu, sibuk, ya?"

"Enggak, tuh," jawab Ian, tetapi matanya masih tertuju pada tiap kalimat di buku. 

SIURUPANWhere stories live. Discover now