Bab Tiga Puluh Delapan

145 27 42
                                    

"Hiyaah!"

Seorang prajurit berbaju zirah abu-abu berlari ke arah Alicia dengan pedang terangkat. Alicia menoleh lalu melepaskan anak panah ke prajurit itu dengan sigap. Panahnya berhasil mengenai perut si prajurit.

Suara ledakan kembali terdengar. Alicia mengedarkan pandangan. Mira masih melawan Raphael bersama boneka esnya. Dia tidak mengendurkan serangannya sedikit pun meski sosok yang sedang dia lawan adalah Jenderal Noines.

Suara hantaman keras lagi-lagi terdengar. Kali ini suaranya terdengar dari atas. Alicia menengadah. Dan baru saja menebas griffin milik Jean dan membuatnya terpental ke sisi gua.

"Agh!"

Alicia menoleh cepat dan mendapati Leticia sudah jatuh terduduk.

"Leticia!" Gadis berambut cokelat kastanye itu berlari menuju Leticia. Dia berhenti tepat di depan Leticia dengan wajah terkejut. "Leticia, kau mimisan."

Leticia mengelap hidungnya. Dia menatap telapak tangannya yang dipenuhi dengan genangan darah.

"Kau menggunakan Mana secara berlebihan," kata Alicia khawatir.

"Aku baik-baik saja. Aku masih bisa ikut bertarung," bantah Leticia seraya kembali berdiri dengan kaki gemetar. Tidak sampai semenit, dia kembali jatuh terduduk.

"Jangan memaksakan diri, Leticia. Lihatlah, kau bahkan kesulitan untuk berdiri."

Leticia terdiam.

Alicia berjongkok di depan Leticia. Dia menyentuh pundak Leticia lembut. "Berhenti menggunakan Mana Transmission. Beristirahatlah sebentar."

"Bagaimana dengan peperangannya?" tanya Leticia khawatir.

"Tenang saja, kami bisa mengatasinya," jawab Alicia yakin.

Leticia tertunduk dengan wajah bersalah. "Maaf, aku justru membebani kalian."

"Tidak ...tidak. Kau sudah bertarung sangat hebat padahal ini pertama kalinya kau ikut ke medan perang," bantah Alicia cepat. Dia lalu tersenyum. "Jangan khawatir. Serahkan sisanya padaku. Meskipun terlihat tidak meyakinkan, aku sudah dilatih oleh seorang wakil komandan."

Leticia menatap punggung gadis berambut kastanye yang kini berdiri di depannya. Tangan Alicia gemetaran. Dia beberapa kali mengubah posisi genggaman pada busurnya sebelum membidik.

Alica membidik ke lima orang prajurit Euza yang sedang berlari ke arahnya. Dia menarik napas lalu membuangnya melalui mulut secara perlahan. "Accelto. Strengthen. Wind Emblem, Activated." Angin berhembus kencang di sekitar Alicia. Panah berwarna cokelat milik Alicia telah diselimuti aura berwarna kehjiauan. "Wind Arrow!"

Begitu dilepaskan, panah itu melesat, menembus dada lima prajurit Euza beratribut lengkap dengan mudah, sebelum menghancurkan dinding gua di seberang.

"Hiyaah!"

Alicia menoleh cepat. Seorang kesatria berzirah abu-abu sudah berada di sisinya dengan pedang terangkat. Alicia refleks menggunakan busurmya untuk menahan pedang si kesatria.

"Tuan Putri seharusnya diam saja di istana!" ucap si kesatria seraya terus menekan pedang ke Alicia.

"Aku ..." Alicia terlihat agak menggertakkan gigi. Entah karena beratnya pedang milik si kesatria atau karena sosok putri berambut pirang bergaun putih-merah yang tiba-tiba terlintas di ingatannya. "Aku ... juga bisa bertarung!"

Alicia berhasil menangkis serangan si kesatria. Pertahanan si kesatria terbuka. Tanpa membuatng waktu, Alicia segera melepaskan anak panah ke perut si kesatria.

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Where stories live. Discover now