Bab Sembilan

149 36 164
                                    

"Kau benar-benar Putri Sierra, kan?" Leticia masih menatap Celena tidak percaya. Dia maju beberapa langkah dengan mata berkaca-kaca. "Apa yang kulihat ini benar-benar nyata, kan? Kau adalah Putri Sierra, kan?"

"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," sela Will.

Leticia langsung menoleh ke Will. Matanya masih berkaca-kaca.

"Sekilas dia memang mirip dengan Putri Sierra, tapi dia bukan Putri Sierra. Aku sudah mengonfirmasinya. Dia bukanlah kembaran atau sedang dirasuki jiwa Putri Sierra," jelas Will. Dia menoleh sekilas ke Celena. "Dia adalah kesatriaku, Celena Mazel."

"Tidak mungkin. Aku tidak mungkin salah mengenali wajah sahabatku," bantah Leticia keras.

"Leticia."

Suara lembut dan tegas secara bersamaan milik Irene membuat gadis itu menoleh.

"Tenanglah," pinta Irene.

"Mama, dia memiliki wajah yang mirip dengan Putri Sierra. Selain itu, dia juga bisa memakai kalung The Mana Wisdom. Bukankah itu berarti dia memang benar Putri Sierra?" ucap Leticia teguh.

"Wajah yang mirip dan bisa memakai kalung itu bukan berarti membuat dia menjadi Putri Sierra. William juga sudah mengonfirmasi kalau dia bukan Putri Sierra," ucap Irene. Dia menatap lembut anaknya. "Putri Sierra sudah meninggal dua tahun yang lalu, Nak. Jika kau bersikap seperti ini, kau hanya akan membuat Putri Sierra sedih dan tidak tenang."

"Tapi-"

"Leticia." Irene menggeleng pelan. "Berhentilah dan minta maaf pada mereka. Kau sudah bersikap tidak sopan."

Gadis belia itu kembali menghadap ke depan dengan kepala tertunduk. "Maafkan saya karena sudah bertindak tidak sopan, terutama pada Yang Mulia dan Nona ... Celena." Dia mencoba menggigit bibir bawahnya. "Saya terlalu terbawa perasaan. Tolong maafkan sikap saya."

"Tidak apa-apa. Aku bisa memakluminya," balas Will. Ia menoleh ke Celena. "Bagaimana denganmu?"

"Apa dia sangat berarti bagimu?"

Leticia menengadah. Tatapan teduh yang terlihat persis seperti milik sahabatnya membuat hati gadis berambut ash rose itu semakin tersayat. "Iya." Air matanya jatuh. "Dia sahabatku yang berharga, tapi aku tidak bisa menyelamatkannya meski memiliki kemampuan melihat masa depan."

"Maaf jika kehadiranku membuatmu bersedih. Mungkin seharusnya aku diam saja tadi," kata Celena.

"Tidak, jangan meminta maaf. Ini bukan salahmu," ucap Leticia seraya menghapus air mata lalu menggoyangkan kedua tangannya. "Aku tidak menangis. Lihat, aku sedang tersenyum. Jadi, jangan meminta maaf karena aku jadi merasa bersalah padamu."

Celena menatap Leticia yang masih menarik ujung bibirnya dengan dua tangan. Gadis berambut pirang itu lalu tersenyum. "Kau lebih cantik saat tersenyum. Aku yakin Putri Sierra pasti lebih ingin melihatmu tersenyum daripada menangis."

"Hm, benar," sahut Leticia setelah terdiam sesaat.

"Aku penasaran, bagaimana kau bisa memilikinya?" tanya Irene lembut.

"Aku mendapatkannya dari Nenek, maksudku Nyonya Stephanie," jawab Celena.

"Ooh ..."

"Beliau mendapatkannya dari Nona Elena saat dia berkunjung ke rumah sebelum melahirkan. Nyonya Stephanie berkata kalung ini adalah jimat pelindung," lanjut Celena. Ia lalu menatap Will, Dan, Irene, dan Leticia bergantian. "Saya merasa kalung ini ada kemiripan dengan kalung yang Putri Leticia ceritakan tadi. Terlebih kalung The Mana Wisdom terakhir kali dipakai oleh Nona Elena. Jadi, saya ingin mengonfirmasinya."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang