Bab Tiga Puluh Satu

121 23 18
                                    

Raphael duduk termenung di pinggir ranjang. Dia melirik ke samping. Kesatria berambut pirang yang selama ini dia kenal sebagai laki-laki sedang duduk di pinggir ranjang sisi yang lain dengan kepala tertunduk.

Selama memberi perawatan pada luka Jean, Raphael tidak membuka satu patah kata pun. Begitu pula Jean. Dia bahkan menghindari bertatapan langsung dengan Raphael.

"Sejak kapan kau menutupi jati dirimu?" tanya Raphael akhirnya.

Jean menoleh ke Raphael sesaat sebelum kembali menundukkan kepala. "Sejak sebelum mendaftar ke akademi."

"Sejak awal, ya," kata Raphael setelah menghela napas. "Jadi, siapa namamu yang sebenarnya?"

"Jeanne Alison."

"Alison?"

Jeanne kembali menoleh ke Raphael. Laki-laki itu terlihat sangat terkejut.

"Kau putri tunggal mereka?" tanya Raphael.

"Iya." Jean menatap Raphael bingung.

"Syukurlah kau masih hidup pasca tragedi itu," kata Raphael lega.

"Kau mengingat tragedi itu?" tanya Jean tak percaya.

"Tentu saja. Jake adalah salah satu orang terdekat Yang Mulia. Kabar tentang Jake yang diserang dan putri tunggalnya diculik sangat membuat kami terkejut. Aku masih ingat, Yang Mulia langsung bersiap-siap pergi meski Raja Lucius memintanya untuk bersikap tenang dan berpikir jernih," jawab Raphael.

"Apakah itu benar?"

Raphael mengangguk. "Lalu, kau tiba-tiba menghilang tak lama setelah tragedi itu. Kau sudah membuat kami kembali panik. Kami takut sesuatu terjadi padamu lagi," tambah Raphael. Ia lalu tersenyum lega. "Meski aku mengetahui ini di situasi yang salah, aku lega bahwa kau masih hidup."

Jean membalas dengan senyum kecil di wajah.

"Apa yang terjadi padamu setelah tragedi itu?" tanya Raphael. Suaranya mulai melembut. "Kenapa kau tiba-tiba menghilang dan mengubah jati dirimu?"

"Aku hanya ingin mengabdi pada Yang Mulia," jawab Jean yang membuat Raphael terperangah. Jean menoleh ke Raphael. "Kau tahu peraturan baru di akademi kesatria yang tidak menerima murid perempuan setelah Yang Mulia naik takhta, kan?"

"Ya, aku mengetahuinya."

"Karena tidak diperbolehkan mendaftar sebagai perempuan, maka aku mendaftar sebagai lelaki," tambah Jean ringan. "Aku menjual semua aset keluargaku dan memberikan semua hasil penjualan pada panti asuhan. Lalu, aku mengubah namaku menjadi Jean dan menggunakan marga ibuku sebelum menikah. Aku memulai kehidupan kedua yang telah Yang Mulia berikan padaku malam itu dari awal. Bukan sebagai Jeanne Alison, tetapi sebagai Jean Ainsley."

Tatapan Raphael turun ke dada Jean yang agak menonjol. "Kau mungkin bisa memanipulasi penampilan luar dengan memootng rambut dan membebat dadamu agar terlihat rata. Namun, pemeriksaan kesehatan selalu ada setiap bulan dan kau tidak diperbolehkan memakai sehelai kain pun." Raphael kembali menatap Jean. "Bagaimana kau bisa lolos? Aku yakin melihatmu tidak memilikinya."

"Aku menggunakan sihir ilusi. Jadi, kau atau orang lain yang melihatku telanjang memang melihatku tidak memilikinya padahal sebenarnya ada," jawab Jean. "Aku tidak sempat menggunakan sihir ilusi tadi karena aku tidak menyadari kedatanganmu."

"Kau tidak merasa keberatan?" tanya Raphael tak percaya.

Jean tersenyum. "Kurasa itu harga yang harus kubayar agar bisa berdiri di samping Yang Mulia."

Raphael menatap tangannya. Tangan ini sudah menyentuh tubuh Jean belasan bahkan mungkin puluhan kali. Dia pasti menahan perasaan tidak nyaman saat tubuhnya dilihat dan disentuh oleh laki-laki.

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Where stories live. Discover now