Bab Dua Puluh Satu

140 39 42
                                    

"Ini akan menjadi kamar Tuan Dan selama berada di sini."

Dan berbalik. Leticia dan Lucien berdiri di belakangnya. Setelah pertemuan antara dua kerajaan selesai, Leticia dan Lucien mengantar rombongan Dan ke masing-masing kamar secara khusus.

"Kami benar-benar mendapatkan jamuan terbaik. Terima kasih. Kami benar-benar tersanjung," kata Dan.

"Ini tidak seberapa dengan perjalanan yang telah kalian lewati," balas Leticia hangat.

Dua orang pelayan istana melintas di belakang. Mereka memberi hormat sekilas pada Leticia dan Lucien sebelum melanjutkan langkah mereka.

"Siapa laki-laki yang ada di depan Putri Leticia? Dia sangat tampan."

"Mungkinkah dia calon tunangan Putri Leticia?"

"Bisa jadi. Lagi pula, Putri Leticia sudah cukup matang untuk menikah."

"Ah, mereka sangat serasi, ya."

"Hei, kalian berdua," panggil Leticia agak berteriak. Kedua pelayan wanita itu berhenti lalu berbalik seraya menundukkan kepala. Leticia menyunggingkan senyum tipis di wajahnya. "Bisakah kalian mempersiapkan air hangat untuk semua tamuku? Mereka baru saja melalui perjalanan panjang jadi badan mereka pasti lelah. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk tamuku. Kalian mau membantuku, kan?"

"Te-tentu, Yang Mulia," jawab mereka serempak.

"Kami akan segera menyiapkannya."

"Terima kasih."

Dua orang pelayan itu membungkuk kemudian pergi dari hadapan Leticia dengan sedikit berlari.

"Saya kira Anda tipe orang yang akan mengabaikan obrolan para pelayan," komentar Dan.

Leticia hanya tersenyum simpul. "Tuan Dan tahu takdir para dayang dan kasim istana, kan?"

"Ya," jawab Dan disertai anggukan. "Mereka akan menghabiskan seluruh hidupnya di istana untuk melayani keluarga kerajaan. Mereka tidak diperbolehkan menikah. Jika mereka ingin keluar dari istana, mereka membutuhkan izin dari tuannya atau bahkan dari raja."

"Benar. Itulah takdir yang menunggu mereka ketika mereka memutuskan menjadi seorang dayang atau kasim istana. Kehidupan mereka akan direnggut," tambah Leticia. "Maka dari itu, tidak heran jika semua hal yang terjadi pada keluarga kerajaan akan menjadi topik pembicaraan mereka karena hanya itu satu-satunya hiburan bagi mereka."

Dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Awalnya saya mengabaikan semua pembicaraan mereka mengenai diri saya hingga pada akhirnya ada satu pembicaraan mereka yang membuat saya meragukan diri saya sendiri. Saat itulah, Putri Sierra menegur saya. Beliau bilang kalau saya terlalu baik," lanjut Leticia lalu tersenyum. Ia kembali menatap Dan. "Beliau berkata, berbuat baik itu boleh, tapi jangan sampai membuatmu terlihat bodoh."

"Apa maksudnya?" tanya Lucien.

Leticia menoleh ke Lucien. "Membiarkan orang berbicara mengenai dirimu yang belum tentu benar dan pada akhirnya malah menganggu dirimu sendiri adalah tindakan bodoh. Itulah yang beliau katakan."

"Begitu rupanya," timpal Lucien diikuti anggukan.

"Jika tidak suka dan menganggu, kita boleh menegur mereka. Itu yang Putri Sierra ajarkan padaku," tambah Leticia. Ia kembali menatap Dan lalu mengembangkan senyum di wajahnya. "Mulai saat itu, saya selalu menegur mereka jika pembicaraan mereka sudah kelewatan. Ya, meskipun tidak seterus terang seperti Putri Sierra."

"Ah, iya benar juga. Beliau memang orang yang seperti itu. Saya masih ingat kata-kata beliau yang berhasil membuat saya tidak bisa berkata-kata dan berkeringat."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Onde histórias criam vida. Descubra agora