Bab Dua Puluh Sembilan

119 22 39
                                    

Jeanne duduk di bangku seorang diri. Selimut tebal berlapis telah menyelimuti tubuhnya. Saat ini, dia sedang berada di posko darurat yang didirikan untuk menampung anak-anak yang diculik Anderson. Sama seperti Jeanne, mereka diculik karena memiliki Mana unik dan berlimpah. Anderson berencana menggunakan dia dan anak-anak itu untuk mendapatkan kekuatan dari kegelapan.

Saling berlomba mendapatkan dan memperebutkan kekuatan bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi di Noines. Kekuatan adalah segalanya di Noines. Semakin besar kekuatan seseorang, maka semakin besar pula kekuasaan yang dia miliki. Karena hal inilah, para bangsawan berlomba-lomba mendapatkan kekuatan meskipun itu harus memberikan nyawa mereka pada sang pemilik kegelapan.

Tatapan Jeanne masih tertuju pada sosok laki-laki berambut putih yang sedang berbicara pada dua orang laki-laki yang terlihat sebaya dengannya. Jika saja Reinhard tidak datang, mungkin Jeanne sudah menjadi tumbal untuk kerakusan Anderson.

Sebuah gelas berisi minuman cokelat yang masih mengepul diberikan kepadanya. Jeanne menoleh. Seorang gadis berambut pirang berdiri di samping bangku dengan senyum hangat terlukis di wajahnya.

"Terima kasih," ucap Jeanne lirih seraya menerima cokelat panas darinya.

"Bolehkah aku duduk di sini?"

Jeanne mengangguk.

"Terima kasih," kata si gadis berambut pirang. Dia memakai baju zirah lengkap berwarna perak. Sepertinya dia salah satu kesatria yang ikut dalam misi penyelamatan ini. "Apa kau masih kedinginan?"

"Sudah tidak terlalu," jawab Jeanne.

"Syukurlah," kata si gadis lalu tersenyum. "Jujur, aku sedikit takut saat masuk ke tempatmu tadi. Seluruh ruangan sudah berubah menjadi es. Aku bahkan bisa melihat bunga es sudah menempel di sekujur tubuhmu. Sungguh tidak lucu jika kau justru mati karena kedinginan."

Gadis berambut pirang panjang itu mengalihkan tatapannya ke depan. Jeanne mengikuti arah tatapan si gadis yang tertuju pada Reinhard.

"Yang Mulia adalah orang yang sangat diberkati Mana. Beliau memiliki kemampuan untuk mengaktifkan sihir es secara otomatis, yang kekuatannya setara dengan sihir rapalan biasa. Berkah yang diterima ini sering kali membuat banyak orang salah paham pada Yang Mulia," ucap si gadis berambut pirang yang sepertinya berumur lima belas atau enam belas tahun.

"Salah paham?" tanya Jeanne.

"Yang Mulia sering membekukan sesuatu tanpa sengaja. Beliau pernah hampir membekukan anjing kesayangan raja karena terlalu senang bermain dengannya," jawab si gadis muda lalu tertawa kecil.

"Kurasa anjing itu tahu kalau Yang Mulia tidak berniat melakukannya," kata Jeanne.

Si gadis berambut pirang menatap Jeanne.

"Sihir es Yang Mulia memang sangat dingin, tapi tidak menyakitkan. Agak terdengar aneh, tetapi hawa dingin itu justru terasa nyaman," lanjut Jeanne seraya memegang tangannya sendiri.

"Oh .... Begitu rupanya."

"Nona Kesatria, apakah Yang Mulia Reinhard akan menjadi raja?" tanya Jeanne penuh harap.

"Hmm ...." Gadis kesatria itu melipat tangannya.

"Apa Yang Mulia Reinhard tidak mungkin menjadi raja?"

Si gadis muda kembali mengalihkan tatapannya pada Jeanne. Dia bisa melihat ada kesedihan di balik sorot mata birunya. "Kenapa kau terlihat sangat menginginkan Yang Mulia menjadi raja?"

"Aku ingin mengabdi padanya," jawab Jeanne sungguh-sungguh. "Yang Mulia sudah menyelamatkan nyawaku. Jadi, nyawa yang kumiliki sekarang adalah milik Yang Mulia⸺Aak!"

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن