Bab Enam

184 42 74
                                    

Matahari bersinar cukup terik. Alicia berjalan menyusuri lorong yang bermandikan cahaya ilahi bersama Celena.

"Hari ini sangat cerah, ya. Hari yang sangat cocok untuk melakukan kunjungan," kata Alicia.

"Putri Alicia, bukankah lebih baik untuk segera bersiap?" tanya Celena.

Alicia menggeleng pelan. "Masih ada waktu. Aku harus pergi ke kamar Kakak sekarang. Ini menyangkut kesehatannya," jawabnya. Ia lalu menoleh sekilas ke belakang. "Lagi pula aku tidak butuh waktu lama untuk bersiap."

Celena hanya menurut dan mengikuti langkah gadis berambut cokelat kastanye yang menuju kamar Will. Kamar Will berada di lantai dasar, terpaut empat kamar dengan Dan, bersebelahan dengan ruang baca, dan berhadapan dengan taman istana.

Dua prajurit berjaga di depan kamar. Mereka langsung memberi hormat pada Alicia ketika gadis itu berdiri tepat di depan pintu. Mata cokelat gelapnya bergerak cepat mengamati pintu dan jendela kamar Will yang tertutup rapat. Tidak ada suara yang terdengar dari dalam.

"Apa Kakak ada di dalam?" tanya Alicia.

"Tidak, Yang Mulia. Yang Mulia Raja sudah pergi dengan Penasehat Ahn beberapa waktu lalu," jawab salah seorang prajurit.

"Hm, sepertinya mereka ada di ruang kerja. Terima kasih atas informasinya," balas Alicia lalu tersenyum. "Tolong buka kamar Kakakku."

Dua prajurit itu terlihat ragu.

"Tolong buka kamar Kakakku," ulang Alicia.

Kedua prajurit itu mengangguk lalu membukakan pintu kamar Will untuk Alicia.

"Ini lebih parah daripada sebelumnya," ucap gadis berumur delapan belas tahun itu setelah melangkah masuk.

Kacau balau. Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kamar Will sekarang. Tempat tidur berantakan, pakaian yang tergantung secara asal-asalan di punggung kursi, dan buku-buku serta kertas berserakan di lantai.

"Pasti Kakak tidak mengizinkan siapa pun untuk masuk dan membersihkan kamarnya," lanjutnya. Alicia menoleh. "Mumpung masih ada waktu, maukah kau membantuku membersihkan kamar Kakak?"

Celena mengangguk.

"Aku akan bersihkan sebelah sana," ucap Alicia seraya menunjuk ke tempat tidur Will. "Tolong bersihkan bagian sini, ya."

"Baik, Putri Alicia."

Alicia bergegas menuju tempat tidur Will, sedangkan Celena mengambil buku-buku yang berserakan di lantai.

"Kau tahu, Kakak melarang siapa pun masuk ke kamarnya," ucap Alicia seraya merapikan sarung bantal. "Mungkin hanya tiga orang saja di kerajaan ini yang dia perbolehkan masuk. Aku, Ahn, dan Dan."

Gadis berambut pirang itu menoleh. "Apa itu karena kamarnya berantakan?"

"Benar sekali." Alicia mengambil pakaian-pakaian tidak terpakai lalu meletakkannya ke keranjang cuci. "Kakak tidak menginginkan siapa pun melihat sisi dirinya yang berantakan. Terlebih posisinya sebagai raja dan panutan bagi semua orang, hal seperti ini akan menjadi bahan omongan. Kau pasti memahami kalau sesuatu akan menyebar dengan cepat di istana, kan?"

"Jika Will tahu kebiasaannya akan menjadi bahan omongan, kenapa dia tidak segera merapikannya? Lagi pula, apa dia tidak gerah melihat kondisi seperti ini?"

"Kakak bilang, dia akan lupa dengan apa yang sedang dia kerjakan jika barang-barang ini dirapikan. Jadi, dia membiarkannya berantakan," jawab Alicia seraya mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di lantai. "Tidak ada satu pun pelayan yang diizinkan masuk ke kamar Kakak dan Ahn atau Dan tidak mungkin melakukannya. Jadi, akulah yang membantu merapikan kamarnya."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu