Bab Dua Puluh Enam

167 30 37
                                    

Harry menatap empat orang laki-laki yang duduk bersimpuh dengan kondisi tangan terikat. Lebam dan luka gores terdapat di sekujur tubuh mereka.

"Jadi, siapa orang yang sudah mengutus kalian kemari?" tanya Harry setelah duduk berjongkok di hadapan empat orang itu. "Eona? Clarion?"

Tidak ada satu pun dari mereka membuka mulut.

"Atau mungkin Euza?" celetuk Harry.

"Tu-Tuan Harry, kami tidak mungkin bertindak seperti itu," ucap Aura cepat.

Ujung bibir Harry naik sebelah. "Jangan terlalu serius. Aku hanya bercanda," katanya ringan seraya bangkit. "Yah, tapi hal seperti itu bisa terjadi. Keputusan kalian menjadi kerajaan bawahan kami tidak mungkin memuaskan semua orang. Pasti ada satu-dua kelompok yang menentang dan melakukan perlawanan pada kalian."

"Kami, Euza, sudah mengaku patuh dan tunduk pada Noines." Aura membungkuk ke Harry. "Jika ada pihak yang tidak senang atas keputusan ratu kami, kami akan segera mengurus mereka. Jadi, Tuan tidak perlu khawatir karena hal seperti itu tidak akan pernah terjadi."

Harry menatap Aura yang masih membungkuk ke arahnya. "Begitukah?" Dia lalu mengalihkan tatapannya pada keempat tahanan. "Tolong siapkan ruangan interogasi. Aku akan mengungkap sosok tuan mereka dengan tanganku sendiri."

"Baik."

"Bawa mereka pergi dari sini," perintah Harry.

Aura memberi isyarat pada empat prajurit Euza yang sedari tadi berjaga di belakang empat orang itu. Keempat prajurit Euza menangkap isyarat dari Aura dan langsung membawa keempat tahanan pergi dari hadapan mereka.

"Apa Jean sudah kembali?" tanya Harry.

"Belum," jawab Aura. "Kami juga belum mendapat kabar dari Nona Suzanne."

"Oh ... dia pergi bersama Suzanne, ya?"

"Iya, Tuan."

"Dia pergi terlalu lama." Dia melipat tangannya. "Menangkap keroco seperti mereka seharusnya bukanlah hal yang sulit."

"Mungkin dua orang lainnya sudah pergi cukup jauh," timpal Aura.

Harry menoleh ke Aura dengan tatapan tajam. "Bukankah alat yang kalian buat dapat mendeteksi lokasi penyusup? Seharusnya alat itu semakin mempermudah Jean menemukan mereka."

"Maafkan kami, Tuan Harry." Aura membungkuk. "Kami belum memasang alat pendeteksi sampai perbatasan dua gua lainnya. Jadi, jika mereka berhasil sampai ke perbatasan, kita hanya bisa mengandalkan kemampuan dan insting Tuan Jean dan Nona Suzanne."

"Begitu rupanya. Haah ... sama saja tidak berguna." Harry berbalik. "Aku akan menyusul mereka."

"T-Tuan tidak perlu melakukannya," ucap Aura gelagapan.

Harry kembali menatap Aura. "Kenapa?" Kernyitan terlihat jelas di dahi Harry. "Penyusup yang mereka kejar bisa jadi lebih kuat dari para keroco tadi. Lagi pula, instingku lebih tajam daripada Jean. Aku bisa menemukan mereka lebih cepat."

"Kami sudah mengirim beberapa prajurit untuk menyusul Tuan Jean dan Nona Suzanne. Anda tidak perlu khawatir karena prajurit yang kami kirim adalah yang terbaik dalam menemukan orang," jelas Aura. Wanita bertopi besar itu kembali membungkuk. "Ditambah lagi, bukankah menginterogasi keempat penyusup lainnya lebih penting dan harus segera dilakukan? Bagaimana jika mereka melakukan bunuh diri sebelum kita sempat mengumpulkan informasi dari mereka?"

"Benar juga. Keempat orang tadi bisa saja menyimpan racun di mulut mereka," kata Harry. Ia menatap Aura yang masih membungkuk ke arahnya. "Kabari aku jika Jean sudah kembali."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Where stories live. Discover now