Bab Empat Belas

157 43 79
                                    

Celena bangun dari posisi tidurnya, berganti ke posisi duduk lalu kembali mengedarkan pandangan. Suara gerisik yang terdengar sangat dekat mengalihkan perhatiannya. Sebuah jambul berwarna merah yang diselimuti api, dua tanduk berwarna emas, dan sembilan ekor berwarna putih-merah yang muncul dari balik semak-semak terlihat bergerak-gerak.

"Bukankah kalian harus menyapanya dengan benar?"

Suara berat nan lembut yang terdengar sangat menentramkan hati itu membuat ketiganya menoleh ke kiri. Begitu pun Celena. Kelopak mata gadis berambut pirang itu melebar saat melihat seekor rusa berbadan besar sedang berdiri di dekat semak-semak, tempat di mana tiga makhluk misterius bersembunyi. Rusa itu memiliki tanduk panjang yang memiliki banyak cabang. Aura kebijaksanaan terpancar dari cahaya keemasan yang menyelimuti seluruh tubuh dan wajahnya.

"Kau pasti terkejut, ya?" Rusa itu berjalan ke arah Celena. "Tenang saja. Mereka tidak berniat melukaimu, kok. Mereka justru sangat khawatir padamu karena kau tidak lekas sadarkan diri."

"Oooh ..." Celena kehilangan kata-kata.

Rusa emas itu berhenti tepat di dekat Celena. Dia lalu menoleh ke arah semak-semak tadi. "Apa yang kalian tunggu?" tanyanya. Dia lalu mengayunkan kepalanya ke arah Celena. "Kemarilah."

Tiga makhluk misterius yang ternyata adalah seekor naga kecil berwarna emas, seekor rubah berekor sembilan, dan burung api kecil melompat dari tempat persembunyian mereka lalu langsung menghambur ke belakang tubuh si rusa emas. Mereka mencuri tatap dengan Celena dari kaki belakang si rusa emas.

"Ada apa? Kenapa kalian bersembunyi?" tanya si rusa emas.

"Sepertinya mereka takut padaku," timpal Celena.

"Tidak mungkin. Mereka justru sangat mengharapkan kedatanganmu."

"Mengharapkan kedatanganku?"

Si rusa emas menoleh ke belakang. "Anak-anak, ayo perkenalkan diri kalian."

Ketiga makhluk itu bertukar tatap sebelum berbaris rapi di depan si rusa emas.

"Burung api kecil ini bernama Fuu," jelas si rusa emas. Burung api itu terbang lalu hinggap di pundak Celena. Dia menyapa Celena dengan mengeluskan kepala ke pipi Celena. "Meskipun bulunya berapi, kau tidak akan merasa kepanasan."

"Ah ... benar," ucap Celena terkejut. Celena mengelus bawah paruh Fuu. "Salam kenal, Fuu."

"Selanjutnya, rubah putih berekor sembilan ini namanya Tsu," lanjut si rusa emas. Si rubah berekor sembilan berlari ke arah Celena lalu duduk di pangkuan gadis berambut pirang itu. "Dia yang tertua. Meskipun begitu, dia adalah yang paling manja di antara mereka bertiga."

Celena tersenyum melihat Tsu yang terlihat nyaman di pangkuannya. Dia mengelus lembut kepala Tsu. "Sepertinya begitu."

"Terakhir, yang paling muda dari mereka, Pur." Naga kecil berwarna emas itu terbang ke arah Celena. Celena menangkap tubuhnya dengan dua tangan. "Dia adalah seekor naga emas. Meskipun paling muda, dia adalah yang terkuat."

"Halo, Pur,"sapa Celena hangat.

Pur membuat raungan kecil yang terdengar sangat menggemaskan hingga membuat Celena tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Hahaha ..." Tawa renyah dari si rusa emas mengalihkan perhatian Celena. "Kalian baru saja bertemu, tapi mereka sudah sangat lengket padamu."

"Bagaimana dengan Anda?" tanya Celena canggung. "Bagaimana saya harus memanggil Anda?"

"Panggil saja aku Tuan Rusa," jawabnya ramah. "Bisa dibilang aku adalah pengawas dan penjaga makhluk-makhluk yang hidup di sini. Jadi, jika kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan untuk bertanya."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Onde histórias criam vida. Descubra agora