Bab Tiga Puluh

95 23 36
                                    

Jeanne berjalan menuju pintu akademi kesatria dengan perasaan gembira. Semua prosesi penobatan Reinhard sudah berakhir pekan lalu dengan meriah. Pendaftaran akademi kesatria yang sempat tertunda karena acara penobatan raja baru akhirnya resmi dibuka.

Akademi Kesatria Noines merupakan akademi kesatria terbaik di antara akademi kesatria yang ada di Fanala. Mereka menghadirkan pengajar-pengajar elite yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Salah satunya adalah Sir Oliver Dimitri, ahli strategi Noines. Mereka juga sering mengundang guru tamu. Sedengar Jeanne, Reinhard pernah menjadi guru tamu yang mengajar tentang ilmu pedang.

Tidak hanya itu, mereka juga memberikan fasilitas lengkap, seperti ruang berlatih yang luas, ruang penelitian, dan perpustakaan sehingga tidak mengherankan jika akademi ini selalu melahirkan kesatria-kesatria hebat setiap tahun. Mereka dipastikan memiliki kemampuan di atas rata-rata kesatria pada umumnya. Bahkan, ada beberapa yang memiliki kemampuan unik dan langka.

Mungkin karena itulah tidak mudah untuk masuk ke Akademi Kesatria Noines. Pendaftaran akademi biasanya dibuka selama tiga hari. Setiap calon murid biasanya diberi satu kali kesempatan. Setelah melakukan pendaftaran dan pemeriksaan administrasi, mereka akan mengikuti ujian tertulis dan ujian praktik yang mana nilainya akan diakumulasi. Hanya tiga puluh orang terbaik yang bisa menjadi murid baru akademi. Karena mereka hanya diberi satu kali kesempatan, maka mereka harus menunggu tahun depan untuk mencoba kembali jika mereka gagal.

Jeanne melangkah dengan yakin. Ini memang baru hari pertama pendaftaran, tapi dia tidak ingin membuang waktu. Selama enam bulan terakhir ini, Jeanne sudah mengasah kemampuannya secara mandiri. Dia terus belajar dan berlatih tanpa kenal waktu. Ada beberapa waktu yang dia terkapar di halaman belakang rumah karena terlalu banyak berlatih. Namun, Jeanne tidak merasa menyesal karena semua ini dia lakukan untuk bisa menjadi seseorang yang lebih kuat dan pantas berada di sisi Reinhard.

Suara tangisan dari seorang gadis muda membuat senyum Jeanne menghilang. Dia menangis keras di depan wanita muda yang sepertinya adalah ibu gadis itu. Suara tangisan gadis muda juga terdengar di sisi lain.

"A ... apa yang terjadi?" tanya Jeanne bingung. Dia mengedarkan pandangan dan mendapati banyak anak menangis. Ada beberapa anak lelaki yang menangis, tetapi lebih didominasi anak perempuan. "Apa mereka meningkatkan standar kelulusan?"

Jeanne berhenti di depan meja registrasi yang dijaga oleh seorang laki-laki muda berambut cokelat muda. Jika dilihat dari wajahnya, dia mungkin baru berumur tiga puluh tahunan.

"Permisi, saya m⸺"

"Lebih baik kau urungkan saja niatmu, Nona Muda," potong si laki-laki muda setelah melihat ke Jeanne sekilas.

Jeanne mengernyit. "M-maaf?"

"Kau ingin mendaftar akademi kesatria, kan?" tanya si laki-laki muda.

"Iya."

"Lebih baik kau pulang saja. Kau tidak mungkin lolos seleksi," kata si laki-laki ringan. Dia lanjut mengipasi dirinya sendiri dengan sihir angin.

"Kenapa?" tanya Jeanne bingung. "Saya bahkan belum mendaftar. Bagaimana kau bisa menyimpulkan kalau saya tidak mungkin lolos seleksi?"

Si laki-laki berambut cokelat muda menghela napas. "Ah ... sepertinya kau belum mendengar informasi terbaru, ya."

"Informasi terbaru?" Jeanne kembali mengernyit.

"Mulai tahun ini, Yang Mulia melarang perempuan mendaftar akademi kesatria."

"A-apa?" Wajah Jeanne memucat.

Si petugas mengarahkan tatapannya pada belasan anak perempuan yang masih menangis. "Mereka menangis bukan karena gagal dalam ujian, tetapi gagal untuk ikut ujian."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Where stories live. Discover now