Bab Sepuluh

165 35 58
                                    

Hari kedua puluh, bulan kesebelas, tahun 1208 Kalender Fanala atau dua hari sebelum misi pencarian lokasi segel Mana.

Reinhard menatap gulungan kertas berwarna cokelat yang baru saja diletakkan di hadapannya. Dia mengalihkan tatapannya pada Gavin. "Ini petanya?"

"Benar, Yang Mulia," sahut Gavin diikuti anggukan. "Perwakilan Euza memberikan peta ini pada saya kemarin."

Laki-laki berambut putih itu membuka peta. Mata biru esnya bergerak cepat dari kiri ke kanan. "Jadi, lokasi segel itu ada di Gua Cranberra?"

"Sepertinya."

"Yang Mulia, ini terlalu berbahaya. Masih ada kemungkinan peta ini adalah jebakan," kata Raphael yang berdiri di samping Reinhard.

"Tidah," sanggah Reinhard. "Lokasi segel itu ada di sini."

Raphael mengernyit bingung. Matanya kembali menelusuri peta, mencoba mencari jawaban atas ucapan tuannya.

"Harry, Jean."

"Ya," sahut dua orang itu serempak seraya bertongkat lutut.

"Aku perintahkan kalian untuk menjelajahi Gua Cranberra dan cari keberadaan segel itu," perintah Reinhard.

"Siap laksanakan, Yang Mulia."

Reinhard mengalihkan tatapannya pada Gavin. "Karena kau yang membawa peta ini padaku, maka kau harus bertanggung jawab. Gavin, kau juga ikut."

Pria muda berambut violet itu langsung ikut bertongkat lutut di samping Harry dan Jean.

"Aku yakin mereka mencoba membodohi kita dengan mengirimkan peta lokasi acak. Ironisnya, peta yang mereka pilih dengan asal ini adalah lokasi segel yang sebenarnya," lanjut Reinhard.

"Bagaimana Yang Mulia bisa yakin jika peta ini benar?" tanya Jean.

"Kalian akan menemukan jawabannya saat sudah berada di sana," jawab Reinhard. Ia menopang dagunya. "Berhati-hatilah. Meskipun mereka tidak mengetahui kebenarannya, masih ada kemungkinan Euza berencana menjebak dan membunuh kalian di sana."

"Menggunakan cara licik dan pengecut seperti itu, dasar orang-orang rendahan," umpat Gavin.

"Misi kalian hanya satu ...," Reinhard mengabaikan ucapan Gavin. "... menemukan lokasi segel itu dan alihkan aliran Mana itu kemari. Aku yakin itu bukanlah hal yang sulit untuk kalian, terutama untuk ahli sihir sepertimu. Benar, Gavin?"

"Siap laksanakan, Yang Mulia," jawab Gavin seraya menunduk.

"Itu saja perintah dariku. Semoga kalian berhasil."

"Ya," sahut tiga kesatria itu bersamaan.

***

Harry berjalan mendekati mulut gua. Kernyitan terlihat di dahi lebarnya. "Aku ragu segel itu ada di sini." Dia berbalik lalu menatap Suzanne dan Aura bergantian. "Apa benar ini lokasinya?"

"Benar, Tuan Kesatria," jawab Suzanne yang diikuti anggukan Aura.

"Hm ...." Laki-laki berambut cokelat hazel itu bertopang dagu.

"Itulah alasan kita kemari, Harry," kata Gavin begitu selesai mengikatkan tali kuda hitamnya ke pohon. "Jean memiliki griffin sehingga dia mampu merasakan sumber Mana. Aku juga bisa merasakannya meski tidak sebaik dia. Namun, kemampuan kami tidak akan berguna jika tidak ada kau di sini. Tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam misi berburu dan penjelajahan di Noines. Serumit apa pun peta yang kau dapat, kau selalu bisa menemukan jalan yang aman dan selalu membawa pulang hasil. Sudah tidak terhitung berapa banyak harta karun yang sudah kau bawa pulang."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Where stories live. Discover now