Bab Delapan

184 36 28
                                    

"Terima kasih atas temuan dan laporanmu, Celena." Will meletakkan bros kecil berbentuk lingkaran ke meja. Bros itu memiliki ukiran seekor serigala dan bulan. "Dengan ini, kita tahu kalau Noines yang mengutus mereka."

Celena hanya mengangguk.

Will menautkan kedua tangannya. "Sekarang, kita hanya perlu mencari tahu motif mereka." Laki-laki itu menoleh ke Dan. "Bagaimana dengan situasi di perbatasan? Apakah ada penyusup lagi?"

"Berdasarkan laporan mereka, tidak ada. Mereka juga melaporkan kalau Noines menarik pasukan mereka dari perbatasan. Terlihat hanya beberapa prajurit yang berjaga di sana," jawab Dan.

"Jadi, mereka telah mundur, ya?" Will meletakkan dagunya di tangan. "Sepertinya mereka telah mendapatkan yang mereka inginkan."

"Apa maksudmu?" tanya Dan.

"Pasti ada sesuatu yang mereka cari di sini sehingga membuat mereka mengirimkan prajurit terbaik mereka kemari," jelas Will. Ia lalu mengacungkan dua jari. "Ada dua kemungkinan alasan mereka berhenti mengirimkan penyusup dan menarik pasukan dari perbatasan. Mereka telah mendapatkan keinginan mereka di sini atau mereka mendapatkannya di tempat lain."

Dan menyentuh dagunya. "Apa yang mereka cari?"

"Tuan Ahn datang untuk menghadap!"

"Masuklah!" seru Will.

Pintu ruang kerja terbuka. Ahn memasuki ruangan dengan peti kayu berukuran sedang di tangannya. Celena mundur beberapa langkah untuk memberi ruang pada Ahn.

Will menatap peti dan Ahn bergantian. "Apa itu, Ahn?"

"Ada pesan dari Eona," jawab Ahn setelah meletakkan peti itu di atas meja Will. Ia lalu mengeluarkan sebuah surat dari saku bajunya. "Mereka meminta untuk berbicara denganmu secepatnya."

"Berbicara denganku?" tanya Will seraya menerima surat berstempel merpati dan pancaran cahaya berwarna biru hijau. "Apa ada sesuatu yang terjadi di sana?"

"Sepertinya ini berkaitan dengan perang yang terjadi di Lumina minggu lalu," jawab Ahn.

"Ah, benar juga. Euza berhasil memenangkannya, ya?"

"Benar. Namun, ada kabar yang beredar jika Noines membantu mereka," tambah Ahn.

Will mengernyit. "Noines?"

Ahn mengangguk.

"Jangan-jangan Noines mendapatkan yang mereka inginkan dari peperangan itu?" duga Dan.

Will menatap Dan, Ahn, dan Celena bergantian lalu membuka peti kayu dari Eona.

"Kerang mutiara?" tanya Ahn. Kernyitan terlihat di dahinya.

"Ahn, tolong siapkan cermin," pinta Will setelah membaca surat dari Eona.

"Baik." Laki-laki berambut hitam lurus panjang itu bergegas menuju sudut ruangan lalu membawa cermin besar ke hadapan Will.

"Terima kasih." Will mengambil kerang mutiara dari peti kemudian meletakkan tangan kanannya di atas cangkang. "Contact."

Kerang mutiara yang semula tertutup langsung terbuka. Mutiara yang ada di dalamnya memancarkan sinar menuju cermin. Bayangan beberapa orang yang awalnya buram perlahan menjadi jelas. Dua orang perempuan dan dua orang laki-laki terlihat telah menanti panggilan dari Will.

"Terima kasih telah memenuhi permintaan kami," ucap wanita yang menggelung rambut ash pink-nya. "Saya Ratu Eona, Irene Schelaiden."

"Saya Raja Walta, William Greece." Will melempar senyum. "Lama tidak berjumpa, Bibi Irene. Kau tidak terlihat menua sama sekali."

Jilid III. Celena and The Broken Seal [HIATUS]Where stories live. Discover now