30. Sebuah Surat

9.2K 497 59
                                    



Happy Reading..!

*ੈ✩‧₊˚༺☆༻*ੈ✩‧₊˚

Setelah makan malam di pondok, Maura dan Zayn memutuskan untuk langsung kekamar lama cowok itu karena mereka akan menginap di pondok. Saat ingin pulang tadi, tiba-tiba saja badan Maura linglung, kepalanya sangat pusing dan badannya juga panas. Zayn sangat khawatir begitupun sedang Saida, Aiman dan Putri.

Sehingga, Saida memaksa Zayn untuk menginap di pondok malam ini. Saida sangat khawatir dengan kesehatan menantunya, apalagi mereka cuma tinggal berdua, jadi ia meminta pasangan muda itu untuk menginap disini karena banyak yang akan merawat Maura.

Keduanya sedang tiduran di atas ranjang dengan Maura didalam dekapan Zayn, cowok itu mengusap lembut surai gadis didekapannya membuat Maura sangat nyaman. "Kepalanya masih sakit?"

Maura menggeleng pelan. "Pasti gara-gara mandi hujan kemarin nih. Besok-besok gak ada lagi mandi hujan, ya!" Larang Zayn membuat Maura mempautkan bibirnya lucu, Zayn yang dapat melihat pautan bibir gadisnya hanya terkekeh kecil. Maura ini sangat amat menggemaskan!

"Kak," panggil Maura dibalas deheman oleh Zayn.

"Eum... Tanggapan Kaka tentang ruangan tadi apa?" Tanya Maura dengan hati-hati. Zayn sempat menghentikan usapan dikepala Maura tapi setelah itu ia melanjutkan kembali. "Kaka juga gak paham, tapi.... Udah gak usah di bahas, oke? Sekarang kamu istirahat biar besok mendingan."

Entahlah, bukan berniat ingin suudzon dengan suaminya, tapi Maura yakin ada sesuatu yang sedang disembunyikan Zayn. "Kaka gak nyembunyiin sesuatu dari Aura 'kan?"

Zayn terdiam beberapa saat, ia bingung harus jawab apa atas pertanyaan istrinya ini. Satu sisi, ia tidak ingin berbohong dan ingin memberitahu segalanya, tapi disisi lain, ia takut kehilangan Maura. Maaf Ya Allah, aku... Ingin egois untuk kali ini – batin Zayn.

"Gak ada sayang, buat apa Kaka nyembunyiin sesuatu dari kamu, hm?"

"Udah, sekarang tidur ya," sambung Zayn.

Maura hanya mengangguk lalu memejamkan matanya, semoga Kaka gak bohong.

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Zayn dan yang lainnya sudah bersiap-siap untuk berangkat kuliah, kecuali Maura. Sebenarnya gadis itu ada kelas Agama pagi ini, yang lain pun sama, tapi Zayn dan Saida tidak mengizinkannya untuk masuk kuliah hari ini. Mengingat semalam badannya panas dan juga kepalanya pusing, akhirnya Zayn memutuskan agar Maura istirahat di pondok untuk hari ini.

"Kaka sama yang lain berangkat, ya?"

"Kak, aku mau kuliah, nanti aku bosen gimana?" Tanya Maura dengan bibir manyun.

Zayn menghampit kedua pipi Maura dengan gemes, "kamu lagi sakit, cantik. Harus istirahat total! Besok baru boleh kuliah, oke?" Maura mengangguk pasrah, biar gimanapun ini demi kebaikannya, 'kan?

"Bisa gak sih, gak usah uwuan didepan gue, bintitan dah nih mata," ujar Ervan.

"Sirik banget!"

"Makanya nikah sana, mereka mah udah sah jadi bebas. Kamu ngejar Auliya tapi gak di ta'aruf in, nanti di tikung Vano noh," ledek Saida membuat yang lain tertawa kecil.

"Sana berangkat, pusing Ummi liat wajahnya Ervan sama Barra," sambung Saida.

"Loh, muka kita kenapa, Mi? Emang dimuka kita ada rumus matematika yang bikin pusing?" Tanya Barra.

ZAYRA | PERJODOHAN Where stories live. Discover now