3. First meet

17.3K 990 103
                                    

Happy Reading..!

*ੈ✩‧₊˚༺☆༻*ੈ✩‧₊˚


Maura dan Putri sudah berada didalam kamar, keduanya sedang bingung ralat hanya Maura yang paling bingung. Gadis itu pusing dengan keadaan sekarang, ah... Ia butuh balapan!

"Put, ada balapan, gak?" Putri menoleh cepat ke Maura, "gila! Lo lupa baru keluar dari rumah sakit?"

Maura merotasikan matanya, "ayolah, maren gue lagi apes aja, lagian cuma lima hari doang."

"Lima hari doang? Heh! Lo tau Bunda nangis selama lima hari karena takut lo pergi? Dan Ayah selalu mengabaikan pekerjaannya supaya disaat lo sadar dia ada disamping lo! Sebegitu khawatir nya mereka sama lo, Ra!" Emosi Putri. Maura diam membeku, ia tidak tahu jika kedua orangtuanya begitu menyayangi dan mengkhawatirkan dirinya, sedangkan ia? Hanya sibuk memikirkan kesenangan nya sendiri.

"Maaf," cicit Maura. Putri menghela nafas panjang untuk merendamkan emosinya, ia memeluk Maura yang sudah ia anggap adik. Umur mereka hanya berpaut lima bulan saja, makanya mereka sering di panggil twins. Jika upil ipil beda lima menit, maka mereka beda lima bulan.

"Gue emang selalu dukung apapun yang bikin lo bahagia, tapi mulai sekarang.... Lo juga harus mikir, tindakan yang lo ambil itu bisa bikin orang lain bahagia juga apa engga! So, gue bakal larang lo buat balapan lagi! Gue gak bisa liat Bunda sama Ayah kayak kemaren, Ra."

Maura mengeratkan pelukan mereka, Putri memang sefrekuensi dengan nya, tapi Putri memiliki sifat yang jauh lebih dewasa dari dirinya. Ia sangat beruntung berteman dengan Putri, karena dalam keadaan apapun, gadis itu tidak pernah meninggalkan nya. Malah ia satu-satunya orang yang selalu mendukung nya.

"Udah, sekarang lo istirahat. Besok kan mau ketemu calon cuami nih ye," ledek Putri membuat suasana berubah seketika. Maura melepas pelukan mereka.

"Apaan sih, gak ya! Duh ini gimana, Put. Masa gue nikah muda sih terus sama anak santri lagi, lo tau sendiri gue huruf Hijaiyah aja masih ketuker-tuker cuy." Maura dari tadi memikirkan itu, jujur saja, keahlian yang ia punya hanya balapan. Masak? Cuma nasi goreng sama mie, itupun sering keasinan dan mie sering kelembekan.

"Lo tenang aja, mulai besok bakal ada ustadzah yang ngajarin lo ngaji sampai lo nikah. Terus Bunda bakal ngajarin lo masak, jadi aman lah. Makanya jangan balapan aja yang lo tau!"

"Ya... Gue mana tau mo nikah muda anjir, gue baru lulus 3 bulan lalu, niatnya mau senang-senang dulu eh malah disuruh nikah," ucap Maura dengan nada ketus. Putri hanya geleng kepala, "kebalap gue sama lo, Ra. Udah mau jadi istri orang aja nih ratu jalan kita," goda Putri.

"Udah ah, lu mah ngeledekin mulu anjir. Gue mau turu aja, bye." Maura berjalan menuju kasur nya karena tadi mereka ngobrol disofa yang ada dikamar.

"Heleh bilang aja salting kan lo, tadi siapa namanya? Za-- ah.. Zayn hahaha. Selamat istirahat calon istri Zayn."

BUGH!

Maura melempar bantal tepat mengenai muka Putri, "bisik lo! Keluar gak!" Ketus Maura.

Putri tersenyum miring, "calon istri Zayn jangan marah-marah dong, nanti CEPET TUA." Setelah itu Putri langsung ngacir keluar kamar Maura.

"PUTRI SIALAN!!"

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Hari sudah berganti. Hari ini keluarga Maura dan Zayn akan bertemu untuk membahas tentang kelanjutan perjodohan anak-anaknya. Mereka akan berkumpul disebuah restauran yang sudah di booking oleh Aiman.

ZAYRA | PERJODOHAN Where stories live. Discover now