Gayatri | Part 24 | Bukti Tak Terduga

411 54 26
                                    

Agam duduk tepat di depan ruang perawatan Gayatri. Ia menunduk seraya berulang kali mengembuskan napas panjang. Ia menatap kedua tangannya yang hingga kini masih tampak gemetaran. Ia tidak menduga jika pada akhirnya Ghama akan berpulang dengan cara seperti ini. Agam terus berusaha merangkai kata dan menyiapkan hati untuk memberitahukan kabar duka ini pada Gayatri.

"Bagaimana Gayatri?" tanya Shinta yang duduk tepat di samping Agam.

Agam membuang napas kasar seraya menatap lurus ke depan. "Aya terlalu banyak menghirup gas carbonmonoksida jadi sekarang sedang menjalani terapi oksigen. Dia juga belum sadar," jawab Agam pelan.

"Soal Ghama, apa Anda akan melakukan autopsi?"

"Autopsi untuk orang yang meninggal tidak wajar itu harus, Shinta. Namun, saya masih menyimpan jenazah Ghama di lemari pendingin. Saya akan melakukan autopsi setelah saya menyampaikan berita ini pada Gayatri. Entah bagaimana cara menyampaikannya," ucap Agam seraya membuang napas.

"Entah bagaimana nanti reaksi Aya saat mengetahui jika kakak yang baru ia temukan setelah sekian lama... tewas," ucap Shinta lirih. Matanya kembali berkaca-kaca, tapi tak lama dahinya mengkerut saat melihat ponselnya berbunyi menunjukan sebuah notifikasi pesan.

"Bang, Anda harus melihat ini!"

Shinta memberikan ponselnya yang menunjukkan sebuah konferensi pers yang dilakukan oleh Khrisna.

"Pagi ini, saya sengaja mengunpulkan teman-teman jurnalis di sini untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai kabar dan beberapa hal yang beberapa hari ini beredar luas di masyarakat. Saya menegaskan jika berita yang selama ini beredar dan mulai membuat heboh masyarakat adalah hoax. Saya memenuhi panggilan dari pihak kepolisian hanya sebagai saksi karena dugaan rekaman yang menyebutkan jika suara yang ada dalam rekaman tersebut adalah suara saya.

"Saya memenuhi panggilan polisi karena saya merasa harus memberi contoh pada masyarakat sebagai seorang warga negara yang taat pada hukum. Anda dengar sendiri dari Jenderal Listyo jika rekaman tersebut tidak dapat membuktikan apapun. Tidak dapat menunjukkan dengan pasti jika orang yang ada dalam rekaman itu adalah saya.

"Hal ini jelas adalah upaya lawan politik saya untuk menjatuhkan nama saya di hadapan masyarakat sekalian. Saya harap, konferensi pers ini dapat memberikan penjelasan sekaligus kelegaan bagi masyarakat pada umumnya dan pendukung saya pada khususnya... ."

Agam mendengkus kesal. Ia sengaja tidak melihat berita itu hingga selesai dan membuang wajah ke arah lain.

"Memalukan!" gumamnya kesal. "Berita tentang tewasnya Ghama apa sudah kamu sebarkan?" lanjut Agam.

Shinta seketika menggeleng. "Beritanya masih saya simpan. Saya sempat melakukan siaran langsung di lokasi kebakaran, tapi saat petugas berteriak ada seseorang yang keluar dari dalam gedung, saya segera mengakhiri siaran langsung itu. Saya akan mengungkapkan kematian Mas Ghama jika mendapat izin dari Anda."

"Berita tentang Ghama dan Gayatri pasti akan sangat mereka nantikan. Tunda dulu saja, jangan disebarluaskan. Saya yakin ada orang lain yang mengawasi Ghama dan Gayatri dari jauh dan orang itu pasti sudah melaporkan kebakaran besar itu pada atasannya. Berita tentang kebakaran itu juga sudah muncul di laman berita terkini, jadi saya rasa sudah cukup."

Agam kembalii membuang napas kasar seraya menatap kedua telapak tangannya. Shinta hanya mampu memandang Agam dari tempatnya seraya menyandarkan punggung di sandaran kursi.

"Kehilangan seseorang itu sama pahitnya dengan dikhianati," ujar Agam singkat. Ia menjeda sejenak ucapannya seraya menatap langit-langit koridor rumah sakit dengan mata berkaca-kaca. "Apalagi yang berkhianat adalah ayahmu sendiri," lanjutnya dengan suara bergetar.

GAYATRIWhere stories live. Discover now